menu
logo mobile
sound
Yupi Good Talent Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Terms & Condition
Did you know ?

10 Cerita Rakyat Bahasa Inggris Terkenal Beserta Terjemahannya!

Cerita rakyat adalah salah satu warisan budaya yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung pesan moral tentang kehidupan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak.

Cerita rakyat ini juga bisa berbentuk dalam bahasa Inggris. Karena menggunakan bahasa Inggris, maka selain mengandung pesan moral, anak-anak juga bisa berlatih bahasa asing dan menambah kosa kata bahasa asing mereka.

Cerita rakyat bahasa Inggris ternyata juga cukup banyak lho Yupiers, dan menarik untuk diceritakan. Lalu seperti apa sajakah cerita rakyat bahasa Inggris tersebut? Yuk simak berbagai ceritanya berikut ini.

1. Jack and The Beanstalk (Jack dan Pohon Kacang Ajaib)

Once upon a time, there lived a poor widow and her son, Jack, in a small cottage. Their only possession was a cow named Milky-White. One day, the widow asked Jack to sell the cow in the market so they could buy food. On his way to the market, Jack met an old man who offered him magic beans in exchange for Milky-White. Jack, intrigued by the idea of magic beans, agreed and returned home with them. His mother, angry at his decision, threw the beans out the window and sent Jack to bed without supper.

The next morning, Jack woke up to find a giant beanstalk that had grown overnight. He decided to climb it and found himself in a land above the clouds. There, he discovered a castle owned by a fearsome giant and his wife. The giant had a goose that laid golden eggs and a magical harp that played beautiful music. Jack, seizing the opportunity, stole the goose and the harp. However, the harp cried out, alerting the giant, who chased Jack down the beanstalk.

Jack managed to climb down quickly, and as the giant followed him, Jack chopped down the beanstalk. The giant fell to his death, and Jack and his mother were able to live comfortably with the wealth from the golden eggs.

Terjemahan:

Dahulu kala, seorang janda miskin dan anak laki-lakinya, Jack, tinggal di sebuah gubuk kecil. Mereka hanya memiliki seekor sapi bernama Milky-White. Suatu hari, sang janda menyuruh Jack membawa sapi itu ke pasar untuk dijual agar mereka bisa membeli makanan. Di perjalanan, Jack bertemu dengan seorang pria tua yang menawarkan kacang ajaib sebagai ganti sapi tersebut. Jack yang penasaran dengan kacang ajaib, setuju dan pulang membawa kacang-kacang itu. Ibunya yang marah besar, membuang kacang itu ke luar jendela dan menyuruh Jack tidur tanpa makan malam.

Keesokan paginya, Jack terbangun dan mendapati pohon kacang raksasa tumbuh semalam. Ia memutuskan untuk memanjat pohon kacang itu dan menemukan dirinya berada di negeri di atas awan. Di sana, Jack menemukan sebuah kastil yang dihuni oleh seorang raksasa yang menakutkan dan istrinya. Raksasa itu memiliki seekor angsa yang bertelur emas dan kecapi ajaib yang memainkan musik indah. Jack pun mencuri angsa dan kecapi itu. Namun, kecapi itu berteriak, membangunkan raksasa yang lalu mengejar Jack turun dari pohon kacang.

Jack berhasil turun dengan cepat, dan ketika raksasa mengejarnya, ia menebang pohon kacang itu. Raksasa jatuh dan tewas, sementara Jack dan ibunya hidup dengan kekayaan yang didapat dari telur emas.

Pesan Moral:

Cerita Jack dan pohon kacang ajaib mengajarkan kita tentang keberanian dan kecerdikan dalam menghadapi kesulitan. Namun, cerita ini juga menjadi pengingat tentang bahaya keserakahan dan mencuri, karena meskipun Jack mendapatkan kekayaan, tindakan impulsif dan risiko besar yang ia ambil membawa dampak yang besar pula.

Baca Juga: Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih yang Penuh Nilai Moral

2. Robin Hood and The Golden Arrow (Robin Hood dan Panah Emas)

Once upon a time, in Sherwood Forest, there lived a legendary outlaw named Robin Hood. He was a skilled archer and leader of the Merry Men, including Little John, Friar Tuck, and Will Scarlet. Robin Hood fought against the injustice of the cruel Sheriff of Nottingham and greedy nobles, stealing from the rich to give to the poor.

One day, the Sheriff announced an archery contest with a golden arrow as the prize, hoping to lure Robin Hood out of hiding. Robin Hood, aware of the trap, decided to join the contest, confident in his skills.

Disguised as an old man, Robin Hood entered the competition. Despite many skilled archers, none could match his accuracy. In the final round, with a distant target, Robin Hood shot the perfect bullseye. The crowd cheered, but the Sheriff ordered his men to arrest the old man, realizing only Robin Hood could make such a shot.

Revealing his true identity, Robin Hood and his Merry Men fought off the Sheriff’s guards and escaped. They returned to Sherwood Forest, continuing their fight for justice, with Robin Hood keeping the golden arrow as a symbol of his victory.

Terjemahan:

Dahulu kala, di Hutan Sherwood, hiduplah seorang penjahat legendaris bernama Robin Hood. Ia adalah pemanah ulung dan pemimpin Merry Men, termasuk Little John, Friar Tuck, dan Will Scarlet. Robin Hood melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh Sheriff Nottingham dan bangsawan rakus, mencuri dari orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin.

Suatu hari, Sheriff mengumumkan lomba memanah dengan hadiah anak panah emas, berharap bisa menarik Robin Hood keluar dari persembunyiannya. Robin Hood, yang tahu itu jebakan, memutuskan untuk ikut serta dengan percaya diri akan kemampuannya.

Menyamar sebagai pria tua, Robin Hood ikut lomba. Meskipun banyak pemanah hebat, tidak ada yang bisa menandingi akurasi tembakan Robin. Di babak final, dengan target yang jauh, Robin Hood menembakkan panah yang sempurna dan mengenai bullseye. Orang banyak bersorak, namun Sheriff memerintahkan untuk menangkap pria tua itu, menyadari hanya Robin Hood yang bisa melakukan tembakan tersebut.

Robin Hood mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya, dan bersama Merry Men, mereka melawan penjaga Sheriff dan melarikan diri. Mereka kembali ke Hutan Sherwood, melanjutkan perjuangan demi keadilan, dengan Robin Hood membawa anak panah emas sebagai simbol kemenangannya.

Pesan Moral:

Cerita Robin Hood dan panah emas mengajarkan kita tentang pentingnya melawan ketidakadilan dan membantu orang yang kurang mampu. Robin Hood dan Merry Men-nya menjadi simbol keberanian, persaudaraan, dan keadilan. Kisah ini juga mengingatkan kita untuk berani membela kebenaran, meski harus menghadapi tantangan besar.

3. The Legend of Surabaya (Legenda Surabaya)

A long time ago, in East Java, there were two powerful animals: Sura, the shark, and Baya, the crocodile. Though they were once friends, they became enemies when hunger struck. They were very greedy and never wanted to share their food. Their constant fighting was fierce and endless.

One day, Sura and Baya were searching for food again, but neither of them was willing to share. After hours of fighting, they came up with a plan to end their dispute: Sura would search for food in the sea, while Baya would find food on land. They agreed on this arrangement to avoid further conflict.

However, one day, Sura ventured onto land to search for food in the river, breaking their agreement. Baya, furious at Sura for going back on his word, attacked once more. Their battle continued until, finally, Sura gave up and returned to the sea.

The people who witnessed their endless fight decided to name the area where the battle took place Surabaya, after Sura the shark and Baya the crocodile. The story of their fierce struggle became a symbol for the city of Surabaya.

Terjemahan:

Dahulu kala, di Jawa Timur, hiduplah dua binatang yang sangat kuat: Sura, si hiu, dan Baya, si buaya. Meskipun awalnya mereka adalah teman, mereka menjadi musuh ketika rasa lapar datang. Mereka sangat rakus dan tidak mau berbagi makanan. Pertengkaran mereka sangat sengit dan tak ada habisnya.

Suatu hari, Sura dan Baya kembali mencari makanan, namun keduanya enggan berbagi. Setelah berjam-jam bertengkar, mereka sepakat untuk mengakhiri perseteruan mereka. Sura akan mencari makanan di laut, sedangkan Baya akan mencari makanan di darat. Mereka pun sepakat untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut.

Namun suatu hari, Sura pergi ke darat untuk mencari makan di sungai, dan melanggar janji mereka. Baya yang marah besar karena Sura mengingkari kesepakatan, kembali menyerangnya. Pertempuran mereka berlanjut hingga akhirnya Sura menyerah dan kembali ke laut.

Orang-orang yang menyaksikan pertarungan tanpa akhir itu memutuskan untuk memberi nama tempat itu Surabaya, yang berasal dari Sura si hiu dan Baya si buaya. Kisah perjuangan mereka pun menjadi simbol Kota Surabaya.

Pesan Moral:

Cerita legenda Surabaya mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga janji dan menghindari keserakahan. Sura dan Baya awalnya bersahabat, namun rasa rakus dan ketidakmauan untuk berbagi menyebabkan mereka bertengkar terus-menerus. Pesan moral lainnya adalah bahwa kesepakatan dan kerja sama lebih baik daripada konflik yang berlarut-larut, yang hanya akan membawa kerugian bagi semua pihak.

Baca Juga: Cerita Rakyat Timun Mas: Legenda Putri Ajaib dari Jawa Tengah

4. The Origin of Banyuwangi (Asal Usul Banyuwangi)

Once upon a time, there was a king named Prabu Sulahkromo, who grew jealous of his general, Raden Sidapaksa. The king falsely accused Raden of betrayal and decided to punish him. In his anger, he also wrongfully accused Raden's wife, Sri Tanjung, of being part of the betrayal. She was sentenced to death for a crime she did not commit.

Before her death, Sri Tanjung calmly declared that her innocence would one day be proven. As her lifeless body was thrown into the river, something miraculous happened: the water turned fragrant, symbolizing her purity and the truth of her words.

To honor her sacrifice and clear her name, the place where this occurred was named Banyuwangi, which means "fragrant water" in honor of Sri Tanjung's purity.

Terjemahan:

Dahulu kala, ada seorang raja bernama Prabu Sulahkromo yang merasa cemburu pada jenderalnya, Raden Sidapaksa, dan menuduhnya berkhianat. Raja itu sangat marah dan memutuskan untuk menghukum Raden. Dalam amarahnya, dia juga menuduh istri Raden, Sri Tanjung, ikut terlibat dalam pengkhianatan tersebut. Sri Tanjung dijatuhi hukuman mati atas tuduhan yang tidak benar.

Sebelum meninggal, Sri Tanjung dengan tenang berkata bahwa kesuciannya akan terbukti suatu hari nanti. Ketika tubuhnya dilemparkan ke sungai, air sungai itu berubah menjadi harum, yang melambangkan kemurnian dan kebenaran kata-katanya.

Untuk menghormati pengorbanan Sri Tanjung dan membersihkan namanya, tempat di mana peristiwa itu terjadi diberi nama Banyuwangi, yang berarti "air harum" sebagai penghormatan atas kesucian dan kebenaran yang ia perjuangkan.

Pesan Moral:

Cerita asal usul Banyuwangi mengajarkan kita tentang keberanian dan kesabaran dalam menghadapi ketidakadilan. Sri Tanjung membuktikan bahwa kebenaran dan kesucian akhirnya akan terungkap, meskipun harus melalui pengorbanan besar. Kisah ini juga mengingatkan kita untuk tidak cepat menilai seseorang dan selalu mencari kebenaran.

5. The Story of Nyi Roro Kidul (Kisah Nyi Roro Kidul)

Long ago, in the kingdom of Pajajaran, there lived a beautiful princess named Dewi Kadita and a lovely wife in the king's harem. Their beauty sparked envy among the other wives, and in their jealousy, they used black magic to curse Dewi Kadita and her mother, causing their beauty to fade and their bodies to become ugly and repulsive. The king, believing they had brought bad luck to the kingdom, angrily banished them from the palace.

Dewi Kadita and her mother wandered in misery, enduring great hardships. Tragically, her mother passed away, leaving Dewi Kadita alone, deep in sorrow. She continued her journey until she reached the southern coast of Java. There, she sat on a rock shaped like a stove, where she fell asleep. In her dream, she was told to jump into the sea to break the curse. Upon waking, she obeyed the vision and leaped into the ocean.

Miraculously, Dewi Kadita's beauty was restored. However, she realized she was no longer human. She had transformed into a supernatural being, ruling over the creatures of the southern seas of Java. She became known as Nyi Roro Kidul, the queen of the southern sea.

Terjemahan:

Dahulu kala, di kerajaan Pajajaran, hiduplah seorang putri cantik bernama Dewi Kadita dan seorang istri dari selir yang sangat cantik. Kecantikan mereka menimbulkan rasa iri di antara para selir lainnya, yang kemudian menggunakan ilmu hitam untuk mengutuk Dewi Kadita dan ibunya, menyebabkan kecantikan mereka hilang dan tubuh mereka menjadi jelek serta menjijikkan. Raja yang mengira mereka membawa sial bagi kerajaan pun dengan marah mengusir mereka dari istana.

Dewi Kadita dan ibunya mengembara dalam penderitaan, menanggung berbagai kesulitan. Tragisnya, sang ibu meninggal dunia, meninggalkan Dewi Kadita seorang diri dalam kesedihan yang mendalam. Ia melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya tiba di pantai selatan Pulau Jawa. Di sana, ia duduk di atas batu berbentuk tungku, lalu tertidur. Dalam mimpinya, ia diberi petunjuk untuk melompat ke laut agar kutukannya hilang. Begitu terbangun, Dewi Kadita mengikuti petunjuk itu dan melompat ke dalam laut.

Dengan ajaib, kecantikan Dewi Kadita kembali. Namun, ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi manusia. Ia telah berubah menjadi makhluk supranatural yang kini menjadi penguasa para makhluk laut di selatan Jawa. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Nyi Roro Kidul, Ratu Laut Selatan.

Pesan Moral:

Cerita Nyi Roro Kidul mengajarkan kita tentang bahaya iri hati, yang bisa mendorong seseorang melakukan tindakan buruk yang berdampak besar pada orang lain. Meskipun Dewi Kadita mengalami penderitaan yang luar biasa, ia tetap bertahan dan mengubah nasibnya dengan kekuatan dan keteguhan hati. Selain itu, kisah ini juga mengingatkan kita bahwa keberanian dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dapat membawa seseorang pada takdir yang lebih besar dan mulia.

Baca Juga: 10 Cerita Dongeng Putri yang Paling Populer dan Menghibur

6. The Legend of Si Pitung (Legenda si Pitung)

Si Pitung was a young man from Betawi, Jakarta, who became a local hero known for his bravery and strong sense of justice. He was born in a humble village and was raised with a deep sense of compassion for the oppressed. As a skilled martial artist, he used his abilities to fight against the injustices of the rich and corrupt, who were exploiting the poor.

At the time, the Dutch were colonizing Indonesia, and Si Pitung couldn’t stand to see the suffering of his people, while the wealthy lived in luxury, protected by ruthless thugs. Together with his friends Rais and Jii, Si Pitung began robbing the rich landowners and giving the stolen wealth to the poor. He would distribute rice to starving families and pay off debts of the oppressed. His actions earned him the respect and admiration of the common people, while the authorities and wealthy landowners saw him as a threat.

Despite his success and the protection he had from the common people, the wealthy landlords and Dutch authorities sought to capture him. After learning the location of Si Pitung’s family, they captured his parents and tortured them for information. Eventually, they learned Si Pitung’s secret: his ability to withstand bullets. Armed with this knowledge, they ambushed him, and despite a fierce fight, Si Pitung was eventually killed by a gunshot after being pelted with rotten eggs.

Though his life was taken, Si Pitung remains a beloved figure in Jakarta, a symbol of resistance against oppression and a hero to the oppressed.

Terjemahan:

Si Pitung adalah seorang pemuda dari Betawi, Jakarta, yang menjadi pahlawan lokal yang dikenal karena keberaniannya dan rasa keadilannya yang kuat. Ia lahir di sebuah desa yang sederhana dan dibesarkan dengan rasa kasih sayang yang mendalam terhadap orang-orang yang tertindas. Sebagai seorang ahli bela diri, Si Pitung menggunakan kemampuannya untuk melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh orang kaya dan pejabat korup, yang mengeksploitasi orang miskin.

Pada masa itu, Belanda sedang menjajah Indonesia, dan Si Pitung tidak bisa tinggal diam melihat penderitaan rakyatnya, sementara orang kaya hidup dalam kemewahan, dilindungi oleh preman yang kejam. Bersama dengan teman-temannya, Rais dan Jii, Si Pitung mulai merampok tuan tanah kaya dan memberikan hasil rampokannya kepada orang miskin. Ia membagikan beras kepada keluarga yang kelaparan dan melunasi hutang orang-orang yang tertindas. Tindakannya yang penuh kebaikan menjadikannya pahlawan bagi rakyat jelata, namun juga menjadikannya buronan bagi pihak berwenang.

Meskipun ia berhasil dan dilindungi oleh rakyat biasa, tuan tanah kaya dan pihak berwenang Belanda terus berusaha menangkapnya. Setelah mengetahui lokasi keluarga Si Pitung, mereka menangkap orang tuanya dan menyiksanya untuk mendapatkan informasi. Akhirnya, mereka mengetahui rahasia Si Pitung: ia kebal terhadap peluru. Dengan informasi itu, mereka menyergap Si Pitung, dan meskipun terjadi perlawanan sengit, Si Pitung akhirnya ditembak setelah dilempari telur busuk.

Meskipun hidupnya berakhir, Si Pitung tetap menjadi sosok yang dicintai di Jakarta, simbol perlawanan terhadap penindasan dan pahlawan bagi orang-orang yang tertindas.

Pesan Moral:

Cerita si Pitung mengajarkan kita tentang pentingnya berani melawan ketidakadilan dan membela yang tertindas. Si Pitung menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan, serta menunjukkan bahwa keberanian untuk bertindak demi kebaikan orang lain bisa mengubah kehidupan banyak orang. Meskipun berakhir tragis, kisahnya tetap menginspirasi banyak orang untuk berjuang demi keadilan.

7. The Story of Dewi Sri (Kisah Dewi Sri)

Long ago in the heavens, Batara Guru, the supreme ruler, ordered all the gods and goddesses to work together to build a new palace. Anyone who disobeyed would be punished by losing their hands and feet. Anta, the snake god, feared for his fate as he lacked limbs to work. He sought advice from Batara Narada, but Narada could not help him. In despair, Anta cried, and his tears miraculously transformed into three sparkling eggs.

These eggs were offered to Batara Guru as a gift. When Batara Guru accepted the eggs, they hatched into a beautiful baby girl named Nyi Pohaci Sanghyang Sri. As she grew, her beauty captivated all, even Batara Guru, who secretly desired to marry his adopted daughter. Fearing a scandal, the other gods conspired to protect her and maintain harmony in heaven. Tragically, they poisoned her, and she died.

Her body was buried on Earth, and from her grave miraculous plants grew: coconuts from her head, herbs from her nose, fruits from her chest, and rice from her navel. The rice symbolized fertility and abundance, and Dewi Sri became revered as the goddess of rice, fertility, and prosperity, providing sustenance for mankind.

Terjemahan:

Dahulu kala di surga, Batara Guru, dewa tertinggi, memerintahkan semua dewa dan dewi untuk bekerja bersama-sama membangun istana baru. Siapa pun yang tidak mematuhi perintah tersebut akan dihukum dengan kehilangan tangan dan kaki mereka. Anta, dewa naga, sangat khawatir karena ia tidak memiliki lengan dan kaki untuk bekerja. Ia meminta nasihat dari Batara Narada, namun Narada tidak bisa membantunya. Dalam keputusasaan, Anta menangis, dan air matanya berubah menjadi tiga telur berkilau yang sangat indah.

Telur-telur ini dipersembahkan kepada Batara Guru sebagai hadiah. Ketika Batara Guru menerima telur tersebut, mereka menetas menjadi seorang bayi perempuan yang sangat cantik, yang diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Seiring waktu, kecantikannya mempesona semua orang, bahkan Batara Guru sendiri, yang diam-diam menginginkan untuk menikahi putri angkatnya. Khawatir akan skandal, para dewa bersekongkol untuk melindunginya dan menjaga keharmonisan di surga. Tragisnya, mereka meracuni Dewi Sri, dan ia meninggal.

Tubuhnya kemudian dimakamkan di bumi, dan dari makamnya tumbuh tanaman-tanaman ajaib: kelapa dari kepalanya, rempah-rempah dari hidungnya, buah-buahan dari dadanya, dan dari pusarnya tumbuh padi. Padi ini menjadi simbol kesuburan dan kelimpahan, dan Dewi Sri dihormati sebagai dewi padi, kesuburan, dan kemakmuran, yang menyediakan kehidupan bagi umat manusia.

Pesan Moral:

Cerita Dewi Sri mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai alam dan pertanian, yang menjadi sumber kehidupan manusia. Dewi Sri adalah simbol dari kesuburan dan kelimpahan, mengingatkan kita untuk selalu menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Selain itu, kisah ini juga menggambarkan pengorbanan dan pengorbanan untuk kesejahteraan orang lain, serta bagaimana tindakan yang baik dapat membawa manfaat bagi banyak orang meskipun dihadapkan pada penderitaan.

Baca Juga: 10 Cerita Legenda Singkat untuk Anak, Menarik dan Penuh Hikmah!

8. The Legend of Joko Tingkir (Legenda Joko Tingkir)

The original name of Joko Tingkir was Mas Karebet, the first king of the Pajang Kingdom, who later took the title Sultan Hadiwijaya. His father, Ki Ageng Pangging, also known as Kebo Kenongo, was executed by the Demak Kingdom for being accused of rebellion, while his mother, Nyai Ageng Pengging, passed away from illness.

After becoming an orphan, Mas Karebet was raised by Nyai Ageng Tingkir and given the name Joko Tingkir. He grew up to be a brave and courageous young man, known for his meditation and love for self-discipline. He studied under Sunan Kalijaga and Ki Ageng Sela.

Joko Tingkir later dedicated himself to the Demak Kingdom on the advice of Sunan Kalijaga. He stayed at the house of Nyai Ageng Tingkir’s relative, Kyai Gandasmustaka, who was the caretaker of the Great Mosque of Demak and a village head. Joko Tingkir quickly earned the respect of Sultan Trenggono and became a trusted commander in Demak's army.

One day, Joko Tingkir was tasked with selecting new soldiers to join his unit. One of the recruits, Dadungawuk, was an arrogant man who frequently boasted of his powers. In response, Joko Tingkir decided to test his strength by using the Konde (traditional headpiece). Unfortunately, Dadungawuk died instantly. Sultan Trenggono, upset by the incident, dismissed Joko Tingkir and banished him from Demak.

After leaving Demak, Joko Tingkir went to study under his father's brother, Ki Ageng Banyubiru (also known as Ki Kebo Kanigoro). After completing his training, Joko Tingkir returned to Demak with his three students: Mas Manca, Mas Wila, and Wragil. On their journey across the Kedung Srengenge river, they were attacked by a mysterious crocodile. However, Joko Tingkir's students defeated the creature, which later helped push their raft to the other side.

Joko Tingkir then sought to win the sympathy of Sultan Trenggono, who was traveling in Mount Prawoto at the time. Sultan Trenggono released a wild bull named Kebo Danu to rampage, but Joko Tingkir, using his skills, cast a spell on the bull, causing it to go mad. No one could stop the bull, but Joko Tingkir appeared and easily defeated it.

Impressed by his actions, Sultan Trenggono reinstated Joko Tingkir as the commander of his soldiers.

Terjemahan:

Nama asli Joko Tingkir adalah Mas Karebet, raja pertama kerajaan Pajang yang kemudian mengambil gelar Sultan Hadiwijaya. Ayahnya, Ki Ageng Pangging, yang dikenal dengan sebutan Kebo Kenongo, dihukum mati oleh kerajaan Demak karena dituduh sebagai pemberontak, sementara ibunya, Nyai Ageng Pengging, meninggal karena sakit.

Setelah menjadi yatim piatu, Mas Karebet dibesarkan oleh Nyai Ageng Tingkir dan diberi nama Joko Tingkir. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani, dikenal karena kecintaannya pada pertapaan dan disiplin diri. Joko Tingkir belajar kepada Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela.

Joko Tingkir kemudian mengabdikan dirinya di kerajaan Demak atas saran dari Sunan Kalijaga. Ia tinggal di rumah saudara dari Nyai Ageng Tingkir, yaitu Kyai Gandasmustaka, yang merupakan pengurus Masjid Agung Demak dan lurah di desa. Joko Tingkir cepat memperoleh rasa hormat dari Sultan Trenggono dan diangkat menjadi komandan prajurit Demak.

Suatu hari, Joko Tingkir ditugaskan untuk memilih prajurit baru untuk bergabung dalam unitnya. Salah satu calon prajurit, Dadungawuk, adalah seorang yang sombong dan sering memamerkan kesaktiannya. Sebagai tanggapan, Joko Tingkir memutuskan untuk menguji kekuatannya dengan menggunakan Konde (penutup kepala tradisional). Sayangnya, Dadungawuk langsung tewas. Sultan Trenggono, yang marah dengan kejadian itu, memecat Joko Tingkir dan mengusirnya dari Demak.

Setelah meninggalkan Demak, Joko Tingkir pergi untuk berguru pada saudara ayahnya, Ki Ageng Banyubiru (juga dikenal sebagai Ki Kebo Kanigoro). Setelah menyelesaikan pelatihannya, Joko Tingkir kembali ke Demak bersama ketiga muridnya: Mas Manca, Mas Wila, dan Wragil. Dalam perjalanan menyeberangi sungai Kedung Srengenge, mereka diserang oleh seekor buaya misterius. Namun, murid-murid Joko Tingkir berhasil mengalahkan buaya itu, yang kemudian membantu mendorong rakit mereka ke seberang.

Joko Tingkir kemudian berusaha untuk memperoleh simpati dari Sultan Trenggono, yang saat itu sedang berkunjung di Gunung Prawoto. Sultan Trenggono melepaskan seekor kerbau liar bernama Kebo Danu yang mengamuk, namun Joko Tingkir, menggunakan ilmu dan kekuatannya, memberi mantra pada kerbau tersebut, sehingga kerbau itu semakin liar. Tidak ada yang mampu menghentikan kerbau itu, namun Joko Tingkir muncul dan dengan mudah mengalahkannya.

Terpesona dengan tindakan Joko Tingkir, Sultan Trenggono mengangkat kembali Joko Tingkir menjadi komandan prajuritnya.

Pesan Moral:

Kisah legenda Joko Tingkir mengajarkan kita tentang keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan dalam menghadapi ketidakadilan. Joko Tingkir adalah contoh bagaimana keteguhan hati dan kekuatan moral dapat mengatasi kesulitan dan membuka jalan bagi perubahan yang lebih baik. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa kerja keras dan loyalitas akan dihargai meskipun menghadapi banyak tantangan.

9. The Origin of Mount Bromo (Asal Usul Gunung Bromo)

Long ago, there was a husband and wife, Joko Seger and Roro Anteng, who had been married for many years but were still childless. They prayed to the Gods for a child, and after some time, Joko Seger received a vision telling him that his wife would conceive if he meditated in a cave. However, the cave was home to a lion, which Joko Seger fought and defeated. Afterward, he meditated there and received a message from the Gods, promising them 25 children but with one condition: they must sacrifice one child when the time came.

Joko Seger and Roro Anteng agreed, and eventually, they had 25 children. However, when the time came to fulfill the promise, none of their children was willing to be sacrificed. Their youngest child, Kesuma, bravely offered himself to fulfill the promise. He asked his parents to hold an annual ceremony and offer sacrifices to the crater of Mount Bromo to commemorate his sacrifice.

Kesuma jumped into the crater, and his sacrifice saved the people and the land. Every year, the people of Tengger hold a ceremony at the crater to honor Kesuma’s selfless act.

Terjemahan:

Dahulu kala, terdapat sepasang suami istri, Joko Seger dan Roro Anteng, yang telah menikah selama bertahun-tahun, namun belum dikaruniai anak. Mereka berdoa kepada para Dewa agar diberi anak, dan setelah beberapa waktu, Joko Seger mendapat penglihatan yang memberitahunya bahwa istrinya akan hamil jika dia bermeditasi di dalam gua. Namun, gua tersebut dihuni oleh seekor singa, yang kemudian ditaklukkan oleh Joko Seger. Setelah itu, dia bermeditasi di gua itu dan menerima pesan dari para Dewa, yang memberi mereka janji akan diberikan 25 anak, dengan satu syarat: mereka harus mengorbankan salah satu anak mereka kelak.

Joko Seger dan Roro Anteng menyetujui janji tersebut, dan akhirnya mereka dikaruniai 25 anak. Namun, saat saatnya tiba untuk memenuhi janji tersebut, tidak ada satu pun anak mereka yang rela dikorbankan. Anak bungsu mereka, Kesuma, dengan berani menawarkan dirinya untuk mengorbankan dirinya. Ia meminta kepada orang tuanya untuk mengadakan upacara tahunan dan mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo untuk memperingati pengorbanannya.

Kesuma melompat ke dalam kawah, dan pengorbanannya berhasil menyelamatkan orang-orang dan tanah mereka. Setiap tahun, masyarakat Tengger mengadakan upacara di kawah untuk menghormati tindakan tulus Kesuma.

Pesan Moral:

Kisah asal usul Gunung Bromo mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga janji dan konsekuensi dari melanggarnya. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan pengorbanan yang tulus demi kebaikan orang lain, serta keberanian untuk melakukan hal yang benar, meskipun itu berarti mengorbankan diri. Kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya rasa hormat terhadap alam dan kepercayaan akan kekuatan dan takdir.

Baca Juga: Cerita Rakyat: Asal-usul Legenda Selat Bali

10. The Legend of Mount Merapi (Legenda Gunung Merapi)

Long ago, Mount Merapi was a peaceful mountain until two powerful giants, Sapu Jagat and Sapu Angin, fought over its ownership. Their clash caused great chaos, disturbing the harmony of nature. The gods, angered by their actions, decided to intervene. In order to restore balance, they transformed both giants into stones. These stones eventually formed the peak of Mount Merapi.

The villagers believe that the spirits of the giants still guard the mountain. They believe that the eruptions of Mount Merapi are warnings from the spirits, protecting those who respect nature and maintain harmony with it.

Terjemahan:

Dahulu kala, Gunung Merapi adalah gunung yang damai hingga dua raksasa perkasa, Sapu Jagat dan Sapu Angin, bertarung untuk memilikinya. Pertarungan mereka menyebabkan kekacauan besar, mengganggu keharmonisan alam. Dewa-dewa yang marah atas perbuatan mereka memutuskan untuk turun tangan. Untuk mengembalikan keseimbangan, mereka mengubah kedua raksasa itu menjadi batu. Batu-batu tersebut akhirnya membentuk puncak Gunung Merapi.

Penduduk desa percaya bahwa roh kedua raksasa tersebut masih menjaga gunung. Mereka meyakini bahwa letusan Gunung Merapi adalah peringatan dari roh-roh tersebut, melindungi mereka yang menghormati alam dan menjaga keharmonisan dengan alam.

Pesan Moral:

Legenda Gunung Merapi mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghormati kekuatan alam. Cerita ini juga mengingatkan kita bahwa tindakan ceroboh dan keserakahan dapat menyebabkan kekacauan, sementara keharmonian dengan alam akan membawa perlindungan. Letusan Gunung Merapi dianggap sebagai bentuk peringatan untuk melestarikan alam dan hidup berdampingan dengan harmoni.

Baca Juga: 15 Dongeng Cerita Rakyat Indonesia yang Terkenal & Menarik

Itulah beberapa cerita rakyat bahasa Inggris yang sudah cukup terkenal lengkap dengan terjemahan dan pesan moral dalam masing-masing ceritanya. Jadi, dari beberapa cerita rakyat bahasa Inggris tersebut, mana yang paling menarik untuk Yupiers? Semoga beberapa cerita rakyat bahasa Inggris tersebut dapat bermanfaat untuk Yupiers ya.

Home Our Story Events Games Profile