menu
logo mobile
sound
Yupi Good Talent Yupi Surprise Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Terms & Condition
Did you know ?

8 Cerita Si Kancil yang Lucu, Inspiratif, dan Penuh Hikmah

Dongeng adalah sebuah cerita fiksi atau fantasi tentang suatu kejadian yang biasanya memiliki nilai moral di dalamnya. Jenis-jenis dongeng ini ada banyak, salah satunya adalah cerita fabel yang merupakan dongeng dengan karakter sebuah hewan di dalamnya.

Dari sekian banyak kisah fabel yang ada, dongeng tentang Si Kancil adalah salah satu yang paling populer dan memiliki berbagai versi cerita. Pada berbagai versi tersebut, umumnya si Kancil diceritakan sebagai karakter hewan yang terkenal cerdik dan pintar dalam memecahkan masalah.

Selain memiliki karakter yang cerdik dan pintar dalam memecahkan masalah, berbagai kisah cerita si Kancil juga tentunya memiliki nilai-nilai moral yang baik untuk diketahui oleh anak-anak.

Lalu seperti apa sajakah cerita si Kancil ini? Berikut ini adalah beberapa cerita si Kancil dari Yupimin yang bisa Yupiers bacakan untuk anak-anak, simak selengkapnya ya.

1. Cerita si Kancil dan Buaya

Suatu hari, Si Kancil yang dikenal cerdik sedang berjalan-jalan di tepi sungai. Ia melihat banyak pohon buah yang lebat di seberang sungai. Sayangnya, aliran air sungai tersebut sangat deras sehingga ia tidak bisa melompat ke seberang. Ia pun mulai memikirkan ide untuk menemukan cara agar bisa menyeberangi sungai tersebut.

Setelah berpikir sejenak, ia mendapatkan ide cemerlang. Ia memanggil seekor buaya yang sedang berenang di sungai. "Hai, Buaya! Keluarlah! Aku punya kabar gembira untukmu dan teman-temanmu!" seru Kancil dengan lantang.

Tertarik mendengar kabar itu, si buaya segera mendekat. Kancil kemudian berkata, "Aku datang membawa kabar baik. Aku memiliki daging segar untuk dibagikan kepada seluruh buaya di sungai ini."

Mendengar rencana itu, buaya merasa sangat senang dan segera memanggil teman-temannya. Setelah semua buaya berkumpul, Si Kancil berkata, “Supaya pembagiannya adil, kalian harus berbaris dari tepi sungai hingga ke seberang. Aku akan menghitung jumlah kalian.”

Tanpa curiga, para buaya menurut dan mulai berbaris rapat membentuk jembatan hidup di atas permukaan air. Melihat semua buaya sudah berbaris, si Kancil mulai melompat dari satu buaya ke buaya lain sambil pura-pura menghitung. Ketika ia mencapai tepian seberang sungai, ia segera melompat ke darat dan berkata sambil tertawa, "Terima kasih, Buaya! Sebenarnya aku tidak membawa daging. Aku hanya butuh bantuan kalian untuk menyeberang sungai!"

Para buaya merasa ditipu dan sangat marah. Mereka berusaha menangkap si Kancil, tetapi ia sudah berlari jauh ke dalam hutan.

Cerita ini mengajarkan bahwa kecerdasan seharusnya digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menipu atau memanfaatkan orang lain. Si Kancil memang cerdik, tetapi perbuatannya tidak patut ditiru. Kita sebaiknya bersikap jujur dan tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain.

2. Cerita si Kancil dan Kura-kura

Pada suatu hari yang cerah, si Kancil berjalan menuju sungai untuk minum. Dalam perjalanannya, ia melihat kerbau, ibu rusa, dan kura-kura sedang berkumpul dan berbincang dengan akrab. Si Kancil merasa penasaran dan mendekati mereka. Ia bertanya pada kerbau, “Kenapa kamu bisa sangat akrab dengan kura-kura?”

Kerbau menjawab dengan tenang, “Karena kura-kura adalah teman yang baik dan tidak sombong.” Namun, jawaban itu membuat si Kancil tidak puas. Ia merasa iri, lalu meninggalkan tempat itu untuk bertanya kepada ibu rusa.

“Ibu rusa, aku melihat ibu sangat dekat dengan kura-kura. Kenapa begitu?” tanya si Kancil.

Ibu rusa tersenyum dan menjawab, “Tentu saja, kura-kura memang teman yang baik. Ada apa, Kancil?” Namun si Kancil hanya menggumam dalam hati. Ia merasa semua binatang lebih menyukai kura-kura daripada dirinya.

Rasa iri menguasai hati Kancil. Ia pun memikirkan rencana licik agar kura-kura dijauhi oleh teman-temannya. Ia segera menemui kerbau dan berkata dengan nada cemas, “Kerbau, hati-hati dengan kura-kura! Aku tadi melihatnya memberikan sesuatu kepada merpati. Tak lama setelah itu, merpati kejang-kejang, dan kura-kura pergi begitu saja.”

Kerbau terkejut dan langsung percaya pada cerita Kancil, meski itu hanya karangan belaka. "Kalau begitu, aku tidak mau berteman dengannya lagi!" kata Kerbau dengan tegas.

Kancil merasa puas dengan keberhasilannya. Ia kemudian menemui ibu rusa dan mengulang kebohongannya. “Ibu rusa, hati-hati dengan kura-kura. Aku melihat dia memberikan buah kepada anak-anak tupai, lalu mereka mati. Kura-kura bahkan tertawa senang!”


Ibu rusa percaya begitu saja dan mulai menjaga jarak dari kura-kura. Kancil merasa rencananya berjalan sempurna. Akibatnya, kura-kura mulai dijauhi oleh teman-temannya. Ia merasa sedih dan bingung, tidak tahu alasan mengapa semua binatang tiba-tiba menghindarinya.

Kura-kura yang bingung akhirnya mencari si Kancil untuk meminta penjelasan. “Kancil, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa teman-teman kita menjauhiku?” tanya kura-kura dengan nada sedih.

“Aku tidak tahu,” jawab si Kancil sambil menghindar. Meski terus didesak, Kancil menolak mengakui kebohongannya. Ia pergi meninggalkan kura-kura sendirian.

Namun, karma segera menghampiri si Kancil. Dalam perjalanan, ia tidak melihat sebuah lubang besar di depannya. Kancil terperosok dan terjebak di dalamnya. Ia berteriak meminta pertolongan, “Tolong! Tolong! Aku terjebak!” Namun, tak ada satupun binatang yang datang menolongnya. Kancil akhirnya menyadari bahwa perbuatannya telah membuat dirinya kehilangan teman.

Cerita ini mengajarkan bahwa sifat iri dan dengki hanya akan membawa keburukan. Jangan pernah menyebarkan fitnah atau kebohongan, karena hal tersebut akan merusak hubungan dengan orang lain. Jika ingin disukai banyak teman, jadilah orang yang tulus dan berbuat baik kepada semua orang. Sikap baik akan selalu membawa kebahagiaan dan persahabatan yang erat.

3. Cerita si Kancil dan Siput

Di sebuah hutan yang lebat, si Kancil merasa dirinya adalah binatang paling cerdik dan pandai. Saking yakin dengan kecerdasannya, ia tak ragu untuk menyombongkan diri di hadapan teman-temannya. Si Kancil pun berkata dengan lantang, “Aku adalah yang paling cerdik di hutan ini! Tidak ada yang bisa menandingi kepandaianku!”

Mendengar perkataan Kancil yang sombong itu, binatang-binatang lain merasa kesal. Mereka semua mengakui bahwa Kancil memang cerdik, namun sikapnya yang tiba-tiba sombong membuat mereka tidak nyaman. Salah satu binatang yang merasa terganggu adalah Siput. Dengan tenang, Siput kemudian menantang Kancil untuk mengikuti lomba lari, sebagai ujian siapa yang lebih cerdik.

Kancil tertawa mendengar tantangan tersebut. “Lomba lari? Mana mungkin kamu menang, Siput! Kamu sangat lambat dan kecil, tidak ada harapan untuk mengalahkanku!” kata Kancil dengan nada meremehkan.

Namun, Siput tetap bersikeras dan menantang Kancil untuk lomba lari. Siput lalu diam-diam mengumpulkan semua saudara dan teman-temannya untuk ikut berpartisipasi. Mereka semua setuju untuk membantu Siput dalam lomba tersebut.

Keesokan harinya, lomba pun dimulai. Wasit memberi hitungan ketiga, dan dengan semangat Kancil langsung berlari kencang, meninggalkan Siput yang perlahan bergerak. Kancil merasa yakin akan menang, dan setelah berlari cukup jauh, ia berhenti sejenak.

“Hei, Siput! Kamu di mana?” teriak Kancil sambil menoleh ke belakang.

Dari depan, terdengar suara Siput menjawab, “Aku di sini!”

Kancil terkejut dan merasa aneh, tetapi ia kembali melanjutkan perlombaan, kali ini berlari lebih kencang. Setelah beberapa waktu, ia kembali berhenti dan berteriak lagi, “Hei, Siput! Kamu pasti di belakang, kan?”

“Tidak, aku di depan!” jawab Siput dari arah depan.

Kancil semakin bingung. “Bagaimana bisa?” pikirnya. “Aku sudah sangat jauh, tapi Siput bisa selalu ada di depan!”

Tanpa sadar, Kancil terus berlari, tidak mengetahui bahwa setiap kali ia berhenti dan memanggil, yang menjawab adalah teman-teman Siput yang sudah diposisikan di sepanjang jalur lomba. Dengan trik tersebut, Siput dan teman-temannya terus memanipulasi Kancil agar merasa bahwa Siput selalu berada di depan.

Akhirnya, garis finish pun mulai terlihat di depan mata Kancil. Dia berlari dengan sekuat tenaga, penuh keyakinan bahwa dia akan memenangkan perlombaan. "Lihatlah!" serunya penuh semangat, “Aku menang!” seru Kancil dengan riang.

Namun, tiba-tiba terdengar suara Siput dari belakang, “Kamu salah, Kancil! Aku sudah ada di sini sejak tadi!” Dan dengan langkah kecilnya, Siput tiba di garis finish lebih dulu.

Kancil pun terkejut dan tak percaya dengan apa yang terjadi. “Kamu mengalahkanku?” serunya, merasa malu.

"Betul, aku ternyata lebih pintar darimu," kata Siput dengan santai.

Kancil pun merasa sangat malu dan berkata, “Kamu memang lebih cerdik dari aku. Aku minta maaf karena telah menyombongkan diri.”

Siput tersenyum dan berkata, “Tak masalah, Kancil. Setiap binatang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan pernah menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain."

Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa kesombongan hanya akan membawa penyesalan. Meskipun kita memiliki kemampuan atau kelebihan, kita tidak boleh meremehkan atau menyombongkan diri di hadapan orang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya, dan kita harus saling menghargai. Dengan kerendahan hati, kita akan lebih dihargai oleh orang lain dan tidak akan terjebak dalam kesombongan yang merugikan.

4. Cerita si Kancil dan Harimau

Pada suatu hari yang cerah, Si Kancil sedang bermain di pegunungan ketika ia bertemu dengan Harimau yang kelaparan. Tanpa ragu, Harimau berpikir bahwa Si Kancil akan menjadi makanannya yang lezat. 

Namun, Si Kancil yang cerdik langsung berpura-pura tenang dan berkata, “Harimau, kamu sangat tampan. Kepala, wajah, tubuh, dan kakimu semuanya sempurna. Sayangnya, ekormu agak kurang menarik, tidak bisa mengimbangi keindahanmu yang lain.”

Mendengar pujian tersebut, Harimau merasa bangga, namun juga merasa tertarik untuk membuat ekornya lebih indah. Dia pun bertanya, “Bagaimana caranya agar ekorku menjadi lebih bagus?”

Si Kancil berpura-pura berpikir sejenak dan kemudian berkata, “Kalau kamu bisa membuat ekormu lurus, pasti akan terlihat sangat indah.” Harimau sangat tertarik dan bertanya lagi, “Bagaimana caranya?”

Si Kancil berpura-pura memeriksa ekor Harimau dan kemudian berkata, “Sebenarnya tidak sulit, tetapi aku tidak yakin apakah kamu cukup berani untuk melakukannya.”

Harimau, yang merasa sangat ingin memperbaiki penampilannya, berkata, “Tidak ada yang aku takuti! Segera bantu aku!”

Dengan cepat, Si Kancil mengumpulkan sembilan ikat jarum pinus dan mengikat ekor Harimau ke sebuah pohon, lalu membakar jarum pinus tersebut. Harimau yang merasa kepanasan karena api mulai membakar tubuhnya pun merasakan rambutnya terbakar habis.

Dengan marah, Harimau berteriak, “Kamu memang Kancil yang bodoh! Ekorku mungkin lurus, tetapi kamu telah membakar pakaianku! Aku tidak akan memaafkanmu!”

Namun, Si Kancil tetap tenang dan menjawab, “Jangan khawatir, Harimau. Aku akan memberimu pakaian baru. Tetapi, kamu harus mencuci tubuhmu dulu supaya bersih.”

“Di mana aku bisa mencuci diriku?” tanya Harimau, yang sudah terluka parah dan kepanasan. Si Kancil dengan tenang menunjukkan arah menuju air, namun yang sebenarnya ia tunjuk adalah area di mana para buaya lapar sedang menunggu. 

Begitu Harimau mendekat, buaya-buaya langsung menerkamnya, dan Harimau yang tidak lagi memiliki rambut dan terluka parah menjadi sasaran empuk mereka.

Harimau yang tadinya sombong dan ingin memakan Si Kancil malah kehilangan nyawanya karena kebodohannya sendiri. Keputusannya yang salah dan terlalu mempercayai Si Kancil membuatnya menutup riwayat hidup dengan cara yang malang.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kesombongan dan kebodohan sering kali membawa akibat buruk. Harimau, yang merasa superior, malah tertipu oleh Si Kancil yang cerdik. Kita harus berhati-hati dengan siapa kita mempercayakan diri, karena tidak semua pujian dan rayuan datang dengan niat baik. 

Selain itu, kebodohan dalam mengambil keputusan bisa berujung pada kehancuran. Setiap tindakan harus dipikirkan dengan bijak, dan kita harus belajar untuk tidak mudah terbawa emosi atau kepalsuan.

5. Cerita si Kancil dan Pak Tani

Pada suatu hari yang panas, Si Kancil merasa sangat lapar dan kehausan. Setelah meninggalkan hutan kecil yang terbakar, ia berjalan sendirian, dan tiba-tiba melihat hamparan ladang yang hijau subur. Ladang itu milik Pak Tani, yang penuh dengan ketimun yang siap panen.

Perut Kancil yang lapar pun semakin menggila, dan ia memutuskan untuk menyelinap masuk ke ladang Pak Tani. "Ah, aku hanya makan sedikit saja, tidak apa-apa," pikir Kancil. Ia pun mulai memetik dan mengunyah ketimun yang segar. Namun, rasa ketimun yang enak membuatnya tak bisa berhenti. Ia makan satu demi satu hingga kekenyangan dan akhirnya tertidur di tengah ladang.

Pak Tani yang melihat ketimunnya banyak hilang keesokan harinya merasa kaget dan kecewa. "Siapa yang berani mencuri hasil jerih payahku?" keluh Pak Tani. Istrinya pun memberikan saran untuk menakuti pencuri dengan membuat orang-orangan dari jerami.

Hari berikutnya, Si Kancil kembali ke ladang, dan ia melihat sosok yang ia kira Pak Tani sedang berjaga. Ternyata, itu hanyalah orang-orangan jerami yang dibuat Pak Tani dan istrinya. Tanpa curiga, Kancil pun mendekat dan mulai makan ketimun lagi sambil menyender pada orang-orangan tersebut. Setelah kenyang, ia berniat pergi, namun tiba-tiba tubuhnya lengket karena orang-orangan itu dilumuri getah Nangka.

Pak Tani datang dan langsung mengetahui siapa pelakunya. Kancil yang tertangkap basah pun meminta maaf dengan tulus, menjelaskan bahwa hutan kecilnya terbakar dan ia sedang kelaparan. Pak Tani pun marah, namun istrinya menyarankan agar Kancil dihukum dengan bekerja untuk memperbaiki kerusakan yang telah dilakukannya.

Kancil menerima hukuman itu dengan penuh penyesalan. Ia bekerja keras selama seminggu menanam ketimun dan merawat ladang Pak Tani. Setelah selesai, Pak Tani yang melihat kerja keras Kancil akhirnya memaafkannya. "Jangan mencuri lagi, Kancil. Lebih baik berusaha dengan jerih payahmu sendiri," kata Pak Tani sambil memberinya sekarung ketimun sebagai bekal.

Kancil pun berjanji untuk tidak mencuri lagi. Ia kembali ke hutan dan menyisihkan sebagian ketimun untuk ditanam di kebunnya sendiri, agar ia bisa memperoleh hasil dari usahanya sendiri di masa depan.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa mencuri tidak akan membawa kebaikan. Si Kancil yang awalnya tergoda untuk mencuri, akhirnya harus menerima konsekuensi dari perbuatannya.

Namun, meskipun Kancil berbuat salah, ia belajar untuk bertanggung jawab dan memperbaiki kesalahan dengan bekerja keras. Ini mengingatkan kita bahwa jika kita bekerja dengan jujur dan sungguh-sungguh, kita akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada dengan cara curang.

6. Cerita si Kancil dan Jerapah

Pada suatu hari di hutan yang damai, Si Jerapah dengan sombongnya mengusir Kambing, Keledai, dan Domba yang sedang minum di pinggir sungai. Dengan tinggi badan dan leher yang panjang, Jerapah merasa dirinya paling hebat dan berhak menguasai sungai tersebut. Dia memandangi tubuhnya yang tampak sempurna, kemudian menghinakan teman-temannya yang dianggapnya lebih rendah.

"Hei, kalian ini apa? Badan kotor dan tubuh pendek," kata Jerapah sambil mencela ketiga binatang itu. "Lihat saja diriku, tubuhku tinggi, leherku panjang, wajahku selalu bersih dan tampan."

Sementara itu, Kambing, Keledai, dan Domba hanya bisa diam, merasa kesal dan tertindas. Mereka sudah lama mengalami perlakuan buruk dari Jerapah yang selalu bertindak semena-mena. Bahkan, Jerapah pernah menendang Domba, memakan rerumputan milik Keledai tanpa izin, dan merusak ember susu milik Kambing.

Suatu saat, Si Kancil datang ke sungai yang sama. Melihat Jerapah yang sedang meminum air dengan angkuhnya, Kancil tidak takut dan segera mendekat. Tanpa ragu, ia menyeruput air dari sungai.

"Hei, itu sungai milikku! Tidak ada yang boleh minum saat aku sedang minum!" Jerapah berteriak marah.

Kancil yang tak gentar menjawab, "Sungai ini bukan milikmu, Jerapah. Semua binatang berhak minum di sini."

Merasa tersinggung, Jerapah mengancam, "Kamu binatang kecil, aku bisa menendangmu atau menaruhmu di atas pohon tinggi!"

Namun Kancil dengan tenang menantang, "Aku memang kecil, tetapi aku bisa berlari lebih cepat darimu. Kalau kamu bisa menangkapku, aku akan berhenti!"

Tanpa berpikir panjang, Jerapah langsung mengejar Kancil. Meskipun tubuhnya tinggi, Jerapah kesulitan mengejar Kancil yang lincah dan bisa berlari zig zag. Lehernya yang panjang membuatnya sering tersandung batu atau terjerat dahan pohon.

Kancil terus berlari menuju sebuah gua yang sempit dan gelap. Jerapah yang mengikuti terpaksa masuk ke dalam, namun semakin dalam ia berjalan, semakin ia kesulitan. Leher panjangnya tergores batu dan kepalanya terbentur stalaktit. Ia merasa sangat kesakitan.

Kancil yang sudah sampai di luar gua berhenti dan mendengarkan jeritan Jerapah. Dengan segera ia kembali untuk membantu. "Maafkan aku, Jerapah, aku tidak bermaksud menyakitimu," kata Kancil. "Ayo, aku bantu kamu keluar dari sini."

Kancil memapah Jerapah keluar dari gua, di mana Keledai, Kambing, dan Domba sudah menunggu. Mereka semua tanpa ragu memberikan pertolongan pertama kepada Jerapah yang terluka.

"Kenapa kalian mau menolongku?" tanya Jerapah dengan wajah penuh penyesalan. "Padahal aku telah bersikap sombong dan menyakiti kalian."

Kancil menjawab dengan bijak, "Kami mungkin tidak setinggi kamu, Jerapah, tapi kami semua memiliki kelebihan masing-masing. Yang penting adalah saling membantu dan bekerja sama, bukan saling menghina."

Keledai menambahkan, "Betul, walaupun kamu tinggi dan bisa mencapai tempat-tempat tinggi, kita semua juga memiliki kemampuan yang tidak bisa kamu lakukan. Jika kita saling menghormati dan membantu, semuanya akan lebih baik."

Jerapah yang mendengarkan dengan hati yang penuh penyesalan akhirnya berkata, "Aku benar-benar menyesal. Terima kasih kalian telah menolongku. Mulai sekarang, aku akan berusaha lebih baik dan tidak sombong lagi."

Domba, Keledai, dan Kambing tersenyum dan mengangguk. Mereka sudah memaafkan Jerapah dan berharap hubungan mereka menjadi lebih baik kedepannya.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kesombongan hanya akan membawa kehancuran. Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan, dan kita harus saling menghormati serta bekerja sama. 

Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, yang ada hanya perbedaan yang bisa membuat kita lebih kuat jika kita saling membantu. Jangan sombong dengan kelebihan yang dimiliki, karena setiap orang atau binatang memiliki keunikan dan potensi yang berharga.

7. Cerita si Kancil, Laba-laba dan Kupu-kupu

Di sebuah pagi yang cerah di tepi hutan, Kupu-Kupu terbang dengan riang dari satu bunga ke bunga lainnya. Bunga-bunga bergoyang lembut saat Kupu-Kupu melintas, membuat pemandangan semakin indah. Saat terbang lebih dalam ke dalam hutan, ia bertemu dengan Laba-Laba yang sedang sibuk membuat jaring besar dan Si Kancil yang asyik mengunyah dedaunan segar.

“Selamat pagi, teman-teman!” sapa Kupu-Kupu dengan suara ceria.

“Selamat pagi, Kupu-Kupu,” balas Laba-Laba sambil tetap memintal benangnya. Kancil pun mengangguk sambil tersenyum. “Sedang apa kalian?” tanya Kupu-Kupu dengan penasaran.

“Aku sedang membuat jaringku,” jawab Laba-Laba. “Dan Kancil tampaknya sedang menikmati sarapannya.”

“Wow, jaringmu besar sekali, Laba-Laba,” puji Kupu-Kupu. “Pasti kamu akan menangkap banyak serangga malam ini.”

Namun, Laba-Laba hanya tersenyum kecil dan berkata, “Tidak selalu begitu, Kupu-Kupu. Kadang-kadang, meskipun jaringku besar dan kuat, tak satupun serangga yang terjebak. Semua ini bergantung pada keberuntungan.”

Kancil yang mendengarkan percakapan itu menimpali, “Benar sekali. Aku juga sering kali tidak menemukan daun atau buah yang segar di hutan. Kadang aku harus berjalan jauh untuk mendapatkan makanan.”

Mendengar itu, Kupu-Kupu tersenyum malu. “Aku juga mengalami hal yang sama, teman-teman. Saat bunga-bunga mulai layu, aku harus terbang lebih jauh untuk mencari nektar. Musim panas akan segera tiba, dan aku khawatir akan sulit menemukan bunga segar.”

Melihat Kupu-Kupu mulai murung, Kancil menenangkan, “Jangan khawatir, Kupu-Kupu. Kita semua menghadapi tantangan masing-masing. Yang penting, kita tetap bekerja keras setiap hari untuk mencari rezeki.”

“Betul kata Kancil,” tambah Laba-Laba. “Hidup ini penuh tantangan, tetapi selama kita mau berusaha, pasti akan ada hasil yang kita dapatkan. Bersabarlah, dan nikmati perjalananmu.”

Setelah mendengar kata-kata dari kedua temannya, Kupu-Kupu merasa lebih lega. Ia tersenyum dan berkata, “Terima kasih, teman-teman. Kalian benar. Aku akan terus berusaha dengan semangat. Nah, aku pamit dulu, ya. Aku akan melanjutkan pencarianku.”

“Semoga berhasil, Kupu-Kupu,” sahut Laba-Laba dan Kancil serempak. Mereka melambaikan salam, dan Kupu-Kupu menghilang di antara pepohonan. Kancil dan Laba-Laba pun kembali melanjutkan aktivitas mereka dengan semangat.

Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak mengeluh dalam menghadapi tantangan hidup. Setiap makhluk memiliki kesulitan dan perjuangan masing-masing, tetapi selama kita tetap berusaha dengan semangat, hasil yang baik akan datang pada waktunya. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki, dan jalani hidup dengan ceria dan penuh keyakinan.

8. Cerita si Kancil dan Kerbau

Pada suatu siang yang terik, Si Kancil merasa sangat lapar. Ia ingin makan mentimun yang segar, tetapi ia tidak berani masuk ke kebun Pak Tani karena takut tertangkap. Dari kejauhan, ia hanya bisa mengintip sambil meneteskan air liur melihat mentimun yang sedang dipanen.

Lalu, muncul ide cerdik di kepala Kancil. Ia melihat hewan-hewan ternak di sekitar kebun Pak Tani dan memutuskan untuk membujuk mereka agar membantunya. Pertama, Kancil menghampiri Sapi yang sedang asyik makan rumput. Namun, Sapi menolak mentah-mentah ajakannya karena merasa tidak pantas mencuri hasil kerja keras Pak Tani.

Tidak patah semangat, Kancil lalu mencoba membujuk Kambing. “Mentimun itu lebih enak dari daun-daun yang kamu makan!” bujuk Kancil. Tapi, Kambing juga menolak karena tahu bahwa Pak Tani menanam mentimun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akhirnya, Kancil bertemu dengan Kerbau yang sedang mandi lumpur. Kancil berhasil membujuk Kerbau untuk menemaninya ke kebun Pak Tani. Mereka masuk ke kebun dengan Kancil berlindung di balik tubuh besar Kerbau. Saat Pak Tani tidak melihat, Kancil dengan cepat memetik mentimun dan makan dengan puas.

Namun, keesokan harinya, Pak Tani mulai curiga setelah mendapati banyak mentimun hilang. Kali ini, ia berjaga-jaga dan mengawasi kebunnya. Ketika Kancil dan Kerbau kembali ke kebun, Pak Tani memergoki mereka. Kerbau panik, tetapi Kancil dengan liciknya menyuruh Kerbau tetap di tempat dan kabur membawa mentimunnya.

Pak Tani, yang melihat mentimun tergeletak di dekat Kerbau, langsung menuduhnya sebagai pencuri. Kerbau berusaha membela diri, tetapi ia tidak bisa menjelaskan bahwa Kancil-lah pelakunya. Sebagai hukuman, Pak Tani menyuruh Kerbau membajak sawahnya.

Kerbau akhirnya menerima hukumannya meski dalam hati merasa kecewa telah dibohongi oleh Kancil.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kecerdikan harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk memanfaatkan atau menyakiti orang lain. Selain itu, tindakan licik dan tidak bertanggung jawab seperti yang dilakukan Kancil akan menyusahkan orang lain. 

Kita juga belajar dari Kerbau bahwa meski menjadi korban, menerima tanggung jawab dan belajar dari pengalaman adalah hal yang lebih baik daripada melarikan diri dari masalah.

Baca Juga: 10 Dongeng Pendek untuk Anak SD: Ajak Si Kecil Belajar Sambil Berpetualang!

Apakah Membacakan Dongeng ke Anak bisa dalam Bahasa Inggris?

Ya! Membacakan dongeng dalam bahasa Inggris kepada anak adalah ide yang sangat bagus! Selain memperkenalkan anak pada bahasa asing sejak dini, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan, menumbuhkan minat belajar, dan memperluas wawasan anak. Dongeng dalam bahasa Inggris yang menarik akan membuat anak lebih mudah memahami dan mengingat kosakata baru. Jangan ragu untuk mencoba, ya!

Apa Saja Manfaat Membaca Dongeng Bahasa Inggris?

Beberapa manfaat membacakan dongeng berbahasa inggris pada anak seperti:

  1. Melatih kemampuan berbahasa anak-anak.
  2. Menumbuhkan minat baca pada anak-anak.
  3. Melatih daya ingat anak-anak.
  4. Melatih daya imajinasi anak-anak.
  5. Meningkatkan kreativitas.
  6. Memperkenalkan hal-hal baru pada anak-anak.
  7. Meningkatkan hubungan orang tua dan anak.
  8. Meningkatkan kecerdasan anak-anak.
  9. Mendukung perkembangan psikologis anak-anak.
  10. Mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang positif dan pesan moral yang penting untuk kehidupan anak-anak.

Menikmati Cerita Si Kancil Sambil Ditemani Cemilan yang Enak

Yupi Bin & Ben 
Terakhir, untuk semakin membuat anak-anak tertarik dengan sebuah dongeng, baik itu saat Yupiers menceritakannya atau saat anak-anak membacanya sendiri, kegiatan-kegiatan tersebut tentunya akan semakin menyenangkan jika ditemani oleh cemilan yang enak dan lezat bukan?

Karena itu, untuk rekomendasi terbaiknya, Yupiers bisa memilih cemilan Yupi Bin & Ben dari Yupi. Yupi Bin & Ben adalah cemilan dari Yupi yang berbentuk seperti bola-bola permen gummy dengan rasa jeruk yang lezat, ditambah dengan lapisan coklat yang manis pada luarnya.

Dengan rasanya yang lezat, Yupi Bin & Ben cocok menjadi teman bercerita berbagai dongeng si Kancil tersebut. Selain itu juga Yupi Bin & Ben juga pastinya sudah bersertifikasi aman untuk dikonsumsi oleh BPOM dan halal dari MUI.

Itulah informasi tentang beberapa cerita fiksi berjenis fabel yaitu tentang dongeng si Kancil dari Yupimin kali ini. Jadi, dari beberapa cerita si Kancil tersebut, mana yang menjadi favorit Yupiers?

Home Our Story Events Games Profile