menu
logo mobile
sound
Yupi Good Talent Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Terms & Condition

Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan: Legenda Bijaksana dari Jambi

Cerita legenda Putri Serindang Bulan dari Lebong, Bengkulu. Dibuang karena dianggap aib, ia justru berakhir mulia. Simak kisah lengkapnya tentang kesabaran dan pengampunan

Bicara soal pahlawan dongeng, kita sering bayangin sosok yang sempurna. Tapi, gimana kalau pahlawan ceritanya justru seseorang yang dianggap membawa 'aib' atau kutukan? 

Nah, salah satu legenda paling menyentuh yang mengangkat tema ini adalah Legenda Putri Serindang Bulan dari Bengkulu, tepatnya dari daerah Lebong. Fun fact-nya: Kisah ini punya kaitan erat dengan geografi asli di sana. Penderitaan sang putri dimulai saat ia dihanyutkan oleh kakaknya di Sungai Air Ketahun, sebuah sungai nyata di Bengkulu, yang alirannya bermuara sampai ke lautan (Pulau Pagai).

Beda banget sama Malin Kundang yang dihukum karena durhaka, Putri Serindang Bulan justru adalah korban yang terbuang, namun berakhir mulia karena keteguhan hatinya. Kisah pengasingannya ini jadi semacam 'sastra lisan' yang melegenda di kalangan masyarakat Rejang dan menjadi cerminan nilai luhur tentang pengampunan di atas segalanya.

Nah di artikel ini, Yumin mau ajak Yupiers mengupas kisah lengkapnya dan menggali pesan moralnya. Yuk kita baca bersama!

Analisis Singkat Tokoh Utama Cerita

Sebelum masuk ke alur ceritanya, yuk kenalan dulu sama 'aktor' utama dalam drama keluarga kerajaan dari Lebong ini.

  • Putri Serindang Bulan: Sang protagonis. Putri bungsu dari 7 bersaudara (6 laki-laki, 1 perempuan). Ia cantik jelita, namun menderita "kutukan" aneh: ia akan penyakitan (kusta) setiap kali ada pria yang melamarnya. Ia adalah simbol kesabaran dan pemaafan.
  • Enam Kakak Laki-Laki (Ki Gete, dll): Antagonis kolektif (kecuali satu). Mereka merasa malu (aib) atas kutukan adiknya dan lebih mementingkan nama baik kerajaan. Mereka adalah simbol dari keputusan gegabah yang didasari rasa malu dan iri hati.
  • Ki Karang Nio: Kakak keenam (dalam beberapa versi). Dia adalah satu-satunya kakak yang hatinya luluh dan tidak tega. Dia mewakili hati nurani dan kebaikan yang tersembunyi.
  • Raja Indrapura: Raja dari Negeri Setio Barat. Ia menemukan Serindang Bulan dan tulus mencintainya apa adanya, yang pada akhirnya (menurut legenda) mematahkan kutukan tersebut.

Kisah Lengkap Legenda Putri Serindang Bulan

Kutukan Aneh dan Aib Kerajaan Lebong

Alkisah, di Kerajaan Lebong, Bengkulu, hiduplah seorang raja bernama Raja Mawang. Ia memiliki tujuh anak: enam putra (Ki Gete, Ki Tago, Ki Ain, Ki Jenain, Ki Geeting, dan Ki Karang Nio) dan satu putri bungsu yang kecantikannya tiada tara, bernama Putri Serindang Bulan.

Kecantikannya tersohor ke mana-mana. Namun, ada satu tragedi yang menyelimuti sang putri. Setiap kali ada pangeran atau raja dari negeri seberang datang untuk melamarnya, kejadian aneh pasti terjadi.

"Putri, wajahmu... kenapa?" tanya seorang pangeran yang datang melamar, terkejut. Tiba-tiba saja, kulit Putri Serindang Bulan yang mulus akan dipenuhi penyakit kulit (kusta) yang mengerikan. Tentu saja, melihat hal itu, sang pelamar langsung lari ketakutan dan membatalkan lamarannya.

Anehnya, begitu lamaran dibatalkan dan si pelamar pergi, penyakit itu akan hilang seketika. Kulit sang putri kembali mulus tanpa bekas. Kejadian ini terjadi berulang kali, sampai sembilan kali lamaran ditolak karena kutukan misterius itu.

Musyawarah Kejam dan Hati Nurani Ki Karang Nio

Kabar ini menjadi aib besar bagi Kerajaan Lebong. Keenam kakak laki-laki sang putri merasa sangat malu. Suatu hari, mereka berkumpul untuk rapat rahasia, tanpa sang ayah, Raja Mawang.

"Aib ini sudah mencoreng nama baik keluarga kita!" kata Ki Gete, kakak tertua. "Sembilan kali lamaran batal! Apa kata raja-raja lain?" "Benar," sahut yang lain. "Jika ini dibiarkan, kerajaan kita akan hancur karena malu. Kita harus menghapus aib ini. Kita harus... membuang Serindang Bulan."

Semua sepakat, kecuali Ki Karang Nio. Tapi suaranya kalah oleh kelima kakaknya. Akhirnya, diputuskan: Putri Serindang Bulan harus dibunuh, dan Ki Karang Nio yang ditugaskan untuk melakukannya. Untuk bukti, ia harus membawa pulang darah adiknya dalam sebuah bumbung (tabung bambu).

Ki Karang Nio menemui adiknya dengan hati hancur. "Adikku... maafkan Kakak. Kakak-kakakmu yang lain telah memutuskan..." Putri Serindang Bulan, dengan kebijaksanaannya, mengerti situasi itu. Ia pasrah. "Lakukanlah, Kakanda," ujarnya sedih. "Adik rela mati jika itu bisa menyelamatkan nama baik keluarga dan nyawa Kakanda dari amarah mereka."

Mendengar itu, Ki Karang Nio semakin tidak tega. Ia pun mendapat ide. "Tidak, Adikku. Aku tidak akan membunuhmu," bisiknya.

Perjalanan Rakit di Sungai Air Ketahun

Diam-diam, Ki Karang Nio membuatkan sebuah rakit yang kokoh di tepi Sungai Air Ketahun. Ia membekali adiknya dengan makanan dan pakaian seadanya.

"Hanyutlah mengikuti arus sungai ini, Adikku. Semoga nasib baik menyertaimu," kata Ki Karang Nio sambil menahan tangis. Untuk mengelabui kakak-kakaknya, Ki Karang Nio melukai tangannya sendiri (atau membunuh seekor binatang) dan menampung darahnya di tabung bambu, lalu kembali ke istana.

Berhari-hari Putri Serindang Bulan terombang-ambing di atas rakit, menyusuri Sungai Air Ketahun yang ganas. Ia pasrah pada nasib, kisah penderitaannya mengingatkan kita pada cerita rakyat Kebo Iwa yang juga dikhianati.

Pertemuan dengan Raja Indrapura

Arus sungai akhirnya membawa rakit itu sampai ke muara, tepatnya di Pulau Pagai. Di sana, kebetulan Raja Indrapura dari Negeri Setio Barat sedang berburu bersama pengawalnya. Ia terkejut melihat seorang gadis cantik terdampar sendirian di rakit.

"Siapa engkau, wahai Putri? Dan mengapa engkau ada di sini?" tanya Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan pun menceritakan semua nasib malang yang menimpanya. Raja Indrapura, alih-alih merasa jijik dengan cerita "kutukan" itu, justru merasa sangat terharu dan kagum pada ketabahan sang putri.

"Engkau adalah wanita yang berhati mulia," kata Raja. "Maukah engkau ikut denganku ke Negeri Setio Barat dan menjadi permaisuriku?" Ajaibnya, karena Raja Indrapura tulus mencintainya, kutukan itu tidak pernah muncul lagi. Putri Serindang Bulan akhirnya menikah dengan sang raja dan hidup bahagia sebagai ratu yang bijaksana.

Resolusi dan Pengampunan Terbesar

Kabar pernikahan Raja Indrapura dengan seorang putri cantik jelita akhirnya sampai ke telinga enam pangeran dari Kerajaan Lebong. Mereka diundang untuk menghadiri pesta pernikahan.

Betapa terkejutnya mereka saat tiba di istana dan melihat bahwa Ratu yang bertahta adalah adik mereka, Serindang Bulan, yang mereka kira sudah mati. Mereka langsung bersujud ketakutan, memohon ampun atas kejahatan mereka.

Apa yang dilakukan Putri Serindang Bulan? Alih-alih balas dendam, ia tersenyum. "Kakanda semua, aku sudah memaafkan kalian," ujarnya lembut. "Apa yang terjadi biarlah jadi pelajaran. Mari kita bangun kembali persaudaraan kita."

Bukan hanya memaafkan, Ratu Serindang Bulan bahkan menghadiahi keenam kakaknya masing-masing sekantong penuh emas untuk dibawa pulang ke Lebong.

Pesan Moral dan Pelajaran Hidup dari Kisah Putri Serindang Bulan

Gimana, Yupiers, ceritanya bikin hati adem banget, kan? Ini adalah legenda yang 100% fokus pada keluhuran budi pekerti. Pelajaran hidupnya dalam banget:

  • Pengampunan adalah Kekuatan Terbesar: Pelajaran utama cerita ini. Putri Serindang Bulan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi justru dengan hadiah (emas). Ini menunjukkan kebijaksanaan dan hati yang luar biasa.
  • Kesabaran dan Kepasrahan Membawa Hasil: Sang putri pasrah saat dihanyutkan, namun kesabarannya membawanya pada nasib yang jauh lebih baik (menjadi ratu).
  • Jangan Bertindak Atas Dasar Rasa Malu (Aib): Kakak-kakaknya bertindak gegabah karena malu. Cerita ini mengajarkan bahwa menjaga "nama baik" dengan cara yang jahat justru akan mendatangkan aib yang lebih besar.
  • Cinta Tulus Melampaui Penampilan Fisik: Raja Indrapura tulus menerima Putri Serindang Bulan apa adanya, bahkan setelah mendengar cerita kutukannya.
Semoga kisah ini bisa jadi bahan diskusi seru bareng si kecil ya. Kalau Yupiers masih haus akan cerita legendaris, Yumin masih punya ulasan cerita Ande-Ande Lumut yang juga penuh intrik. Jangan lupa, menjadikan dongeng sebagai rutinitas adalah salah satu dari cerita rakyat Indonesia yang terkenal yang paling efektif. Selamat bercerita!
Home Our Story Events Games Profile