menu
logo mobile
sound
Yupi Good Talent Yupi Surprise Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Yupi Community Terms & Condition
Did you know ?

Memahami Makna Hari Raya Waisak 2024 Beserta Tradisinya!

Waisak atau Waisaka merupakan hari raya umat yang beragama Buddha. Melansir informasi dari Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayan Kabupaten Sleman, Hari Raya Waisak juga dikenal dengan beberapa nama lainnya di berbagai negara, beberapa diantaranya adalah Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia dan juga Malaysia.

Pada tahun ini, Hari Raya Waisak dirayakan pada tanggal 23 Mei 2024. Hari Raya Waisak dirayakan untuk memperingati Trisuci Waisak, dimana Trisuci Waisak ini terdiri dari kelahiran, penerangan agung, dan kematian Buddha Gautama.

Di Indonesia sendiri, Hari Raya Waisak menjadi sangat menarik untuk dibahas karena di Indonesia, terdapat candi terbesar umat Buddha, yaitu Candi Borobudur.

Apa saja tahapan kegiatan Hari Raya Waisak tahun 2024 ini, makna Hari Raya Waisak, dan tradisinya? Simak jawaban semua pertanyaan tersebut dengan informasi menarik dari Yupi berikut ini ya.

Makna Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha

Pertama-tama, mari kita membahas makna Hari Raya Waisak bagi umat Buddha. Hari Raya Waisak biasanya dilakukan pada bulan Mei, atau lebih tepatnya pada waktu terang bulan atau yang disebut juga Purnama Sidhi.

Makan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha bukan hanya sekedar melakukan berbagai ritual upacara keagamaan saja, tapi lebih dari pada itu, makna Hari Raya Waisak bagi umat agama Buddha adalah untuk menghormati sekaligus merenungkan segala sifat luhur dari Triratna, memperkuat saddha atau keyakinan yang benar sesuai dengan tekad, membina sifat baik atau paramita yang berasal dari leluhur, dan juga merenungkan khotbah dari sang Buddha.

Lalu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Hari Raya Waisak juga dirayakan untuk memperingati Trisuci Waisak, yaitu kelahiran, penerangan agung dan kematian Buddha Gautama, Yupi akan sedikit membahas tentang tiga hal ini.

Dimulai dari kelahiran, Buddha Gautama dulunya adalah Pangeran Siddharta, anak dari Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya yang lahir di Taman Lumbini pada 623 Sebelum Masehi (SM).

Lalu melanjutkan ke penerangan agung, pada usia 29 tahun Pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk bertapa menjadi Buddha, mencari kebebasan dari usia tua, sakit dan kematian. 

Kemudian pada usia 35 tahun, Siddharta Gautama mendapatkan penerangan agung dan menjadi Buddha di Bodhgaya ketika bulan Waisak tiba. Lalu selama 45 tahun Sang Buddha Gautama kemudian berkelana menyebarkan kebenaran yang disebut sebagai Dharma.

Terakhir kematian sang Buddha atau yang disebut Parinibbana terjadi pada tahun 543 Sebelum Masehi (SM), yaitu ketika sang Buddha berusia 80 tahun. Sebagai penghormatan atas meninggalnya sang Buddha, pengikutnya pun melakukan sujud penghormatan terakhir untuk sang Buddha.

Tiga peristiwa yang menjadi landasan sejarah Hari Raya Waisak tersebut kemudian diputuskan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists-WFB) di Sri Lanka pada 1950, WFB kemudian mengesahkan Hari Raya Waisak pada purnama pertama bulan Mei dan terus diperingati setiap tahunnya berdasarkan kalender lunar kuno Vesakha.

Bagaimana Tahapan Perayaan Hari Waisak 2024?

Setelah mengetahui tentang makna Hari Raya Waisak bagi umat agama Buddha, selanjutnya adalah tahapan perayaan Hari Raya Waisak tahun 2024 ini. Ada beberapa acara yang akan dilakukan perayaan Hari Raya Waisak 2024 ini, kali ini Yupi akan membahas beberapa diantaranya.

Bikkhu Thudong

Bikkhu thudong adalah salah satu tradisi dalam merayakan Hari Raya Waisak yang dilakukan oleh para biksu. Tradisi thudong ini menjadi populer atau banyak dikenal dalam beberapa tahun belakangan ini ketika Hari Raya Waisak akan tiba.

Mengutip informasi dari laman resmi Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia, bhikkhu thudong adalah kegiatan yang dilakukan oleh para biksu atau bhante dengan cara berjalan kaki dengan jarak ribuan kilometer, yang nantinya para biksu atau bhante ini akan tiba di Candi Borobudur pada saat Hari Raya Waisak tiba.

Tradisi bikkhu thudong ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih kesabaran para biksu, karena selama perjalanan mereka, mereka akan terkena panasnya sinar matahari, dan juga hujan, serta mereka hanya makan sebanyak satu kali dalam satu hari dengan minum seadanya, selain itu juga mereka akan beristirahat seadanya.

Pada tahun 2024 ini tradisi bikkhu thudong ini tetap dilakukan dengan perkiraan waktu para biksu yang melakukan perjalanan ini tiba di Candi Borobudur pada tanggal 20 Mei 2024.

Pengambilan Air Berkah

Acara selanjutnya yang akan Yupi bahas kali ini adalah pengambilan air berkah di sumber mata air Umbul Jumprit yang berada di Kabupaten Temanggung, dan kemudian disakralkan di Candi Mendut. 

Acara pengambilan air berkah ini dilakukan pada tanggal 22 Mei 2024, sehari setelah pengambilan api dharma dari Mrapen Grobogan yang juga disakralkan di Candi Mendut.

Tahapan pertama perayaan Waisak yaitu pengambilan air berkat, yang berada di sumber mata air Umbum Jumprit. Umbul Jumprit berada di Kabupaten Temanggung. Pengambilan air berkat ini juga disertai dengan penyalaan obor dari sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.

Ritual Pindapata

Acara selanjutnya adalah adalah Ritual Pindapata yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2024. Ritual Pindapata adalah ritual dimana umat Buddha memberikan sumbangan kepada biksu atau bikkhu dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada umat Buddha berbuat kebaikan.

Meditasi atau Samadhi

Selanjutnya adalah bermeditasi atau Samadhi yang dilakukan pada detik-detik puncak bulan purnama yang dilakukan sebelum perayaan Waisak. Penentuan bulan purnama ini juga tidak ditentukan sembarangan, tapi berdasarkan perhitungan falak sehingga puncaknya dari bulan purnama juga bisa terjadi pada siang hari.

Festival Lampion Waisak

Acara terakhir pada Hari Raya Waisak yang akan dibahas kali ini adalah acara puncak pada saat Hari Raya Waisak yang sangat terkenal dan dihadiri banyak orang, yaitu Festival Lampion Waisak. 

Acara Festival Lampion Waisak ini akan dirayakan pada tanggal 23 Mei 2024, dan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama pada pukul 19.00 sampai 21.00 dan sesi kedua pada pukul 21.00 sampai 22.30.

Acara ini juga terbagi dua golongan tiket, yaitu reguler dengan harga tiket Rp300.000 per orang, dan VIP dengan harga tiket Rp500.000 per orang. Perbedaan kedua kategori tiket tersebut adalah posisinya, reguler posisinya dibelakang VIP menggunakan alas plastik, dan VIP posisinya lebih depan dekat candi menggunakan kursi duduk.

Apa saja Tradisi saat perayaan Waisak?

Berikutnya adalah beberapa tradisi saat yang dilakukan pada Hari Raya Waisak, berikut ini adalah beberapa tradisi tersebut.

1. Menerapkan 5 Sila Buddha

Tradisi menyambut Hari Raya Waisak yang pertama adalah menerapkan 5 sila Buddha. Sebenarnya 5 Sila Buddha ini diterapkan tidak hanya pada saat Hari Raya Waisak akan tiba, namun juga pada kehidupan sehari-hari umat Buddha.

Ada 5 Sila Buddha yang ada pada kitab Tripitaka yang harus dipatuhi, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak minum alkohol, dan tidak berbuat asusila.

2. Menyalakan Lilin Berbentuk Bunga Lotus

Tradisi menyambut Hari Raya Waisak yang kedua adalah menyalakan lilin berbentuk bunga lotus. Lilin bagi umat Buddha diyakini sebagai lambang untuk mengusir dari kegelapan dunia. Lalu bunga lotus, karena bisa hidup di air yang keruh, maka dianggap dapat memperindah dunia.

3. Memandikan patung Buddha di Wihara

Tradisi menyambut Hari Raya Waisak yang selanjutnya adalah memandikan patung Buddha di Wihara. Kegiatan dilakukan karena bermakna dapat mensucikan hati dan juga pikiran. Umat Buddha yang ingin melakukan tradisi atau kegiatan ini juga harus antri untuk melakukannya, dan ketika melakukannya, akan diiringi doa yang dibacakan oleh biksu atau bikkhu.

4. Menggunakan Baju Putih

Tradisi menggunakan baju putih ini sebenarnya bukanlah aturan tertulis yang harus dilakukan umat Buddha, namun para pemuka agama Buddha menyarankan hal ini dengan arti kemurnian dan kesucian.

5. Mengibarkan Bendera khas Buddha

Beberapa umat Buddha masih melakukan tradisi yang hanya dilakukan pada saat Hari Raya Waisak ini, yaitu mengibarkan bendera khas Buddha yang memiliki makna pada setiap warnanya.

Kapan Hari Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024?

Informasi terakhir tentang Hari Raya Waisak pada tahun ini adalah kapan hari libur dan cuti bersama Hari Raya Waisak 2024 ini. Untuk tanggal perayaan Hari Raya Waisak ini, akan dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2024, dan cuti bersamanya akan dilakukan pada tanggal 24 Mei 2024.

Setiap hari raya suatu agama tentunya akan memiliki makna tersendiri bagi umatnya, tidak hanya Hari Raya Waisak bagi umat Buddha, ada juga Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam dan Hari Raya Imlek bagi umat Tionghoa.

Itulah informasi tentang Hari Raya Waisak dari Yupi kali ini, semoga informasi dari Yupi kali ini bermanfaat untuk Yupiers ya.

Home Our Story Events Games Profile