Di zaman serba digital seperti sekarang, layar gadget memang sering jadi andalan untuk menghibur anak. Tapi, tahukah kamu kalau membacakan dongeng sebelum tidur masih jadi cara klasik yang nggak kalah seru—dan jauh lebih bermakna? Dongeng, meski berupa cerita imajinatif, punya kekuatan untuk membawa anak ke dunia fantasi sambil menanamkan nilai-nilai kebaikan.
Menariknya, sejumlah penelitian ilmiah menguatkan manfaat luar biasa dari rutinitas membaca ini. Salah satunya adalah studi dari Dr. John S. Hutton yang dimuat dalam jurnal Pediatrics berjudul “Home Reading Environment and Brain Activation in Preschool Children Listening to Stories”. Penelitian ini menggunakan fMRI untuk memantau aktivitas otak anak usia 3–5 tahun saat mendengarkan cerita, dan menemukan bahwa anak yang lebih sering dibacakan dongeng menunjukkan aktivasi otak lebih tinggi di area yang mendukung pemahaman bahasa, imajinasi visual, dan narasi.
Penelitian lain dari jurnal Psychological Science juga menemukan bahwa membaca buku bersama anak secara rutin dapat memperkaya kosakata mereka dengan jenis kata yang lebih beragam dibanding percakapan sehari-hari. Hal ini berarti membaca bukan hanya meningkatkan paparan kata, tetapi juga membantu anak mengembangkan cara berpikir yang lebih dalam melalui irama dan struktur bahasa yang khas dalam cerita.
Selain jadi bonding time yang hangat, dongeng ternyata juga melatih otak anak untuk membayangkan, memahami, dan berkreasi. Nah, kalau Yupiers lagi cari cerita sebelum tidur yang lucu, mendidik, dan penuh pesan moral, Yumin sudah siapkan 15 dongeng seru yang bisa jadi teman tidur favorit si kecil. Yuk, simak daftar lengkapnya di bawah ini!
1. Dongeng Angsa yang Bertelur Emas
Dahulu kala di sebuah desa, hiduplah seorang petani miskin bersama istrinya. Suatu hari, sang petani membeli seekor angsa. Ia berharap angsa itu akan bertelur yang bisa dimakan dan sisanya dijual. Ia membawa angsa pulang dan membuatkan sarang untuknya bertelur.
Pagi harinya, petani pergi ke sarang untuk memeriksa apakah angsa tersebut sudah bertelur. Dengan terkejut, ia menemukan telur emas di sarang angsa itu. Petani pergi ke kota dan menjual telur emas tersebut dengan harga yang tinggi.
Angsa itu terus mengeluarkan telur emas setiap hari. Petani menjual telur-telur tersebut dan mendadak menjadi kaya. Namun semakin kaya sang petani, semakin besar pula kegilaannya akan kekayaan.
Suatu hari ketika sang petani dan istrinya sedang berbicara, sang istri berkata, "Kalau kita bisa mendapatkan semua telur dalam angsa itu, kita bisa menjadi lebih kaya dengan cepat."
"Kamu benar. Kita tidak perlu menunggu angsa itu bertelur setiap hari," kata sang petani,
Pasangan petani itu memutuskan untuk membunuh angsa tersebut. Esok harinya, mereka pergi ke sarang dan membunuh angsa itu. Tapi setelah itu, mereka hanya mendapati fakta bahwa angsa itu sama seperti angsa lainnya. Tidak ada telur emas di dalam angsa itu.
Sekarang, petani dan istrinya telah kehilangan angsa itu. Mereka juga tidak akan pernah mendapatkan telur emas lagi.
Pesan Moral Cerita Angsa Yang Bertelur Emas:
- Pentingnya kesabaran dan rasa puas terhadap apa yang telah kita miliki adalah kunci kebahagiaan.
- Keinginan yang berlebihan dan ketidakpuasan bisa merugikan diri sendiri dan menyebabkan kerugian yang tidak terduga.
- Cerita di atas menunjukkan bahwa keputusan impulsif, seperti menyembelih angsa untuk mengambil semua emas, tanpa pertimbangan yang matang dapat berakibat merugikan.
2. Dongeng Kancil dan Siput
Di dalam hutan yang sunyi, tinggallah seekor Kancil yang angkuh dan sombong. Kancil bangga dengan kecepatannya yang luar biasa dan menganggap dirinya tak tertandingi di antara semua makhluk hutan. Namun kesombongannya itu akhirnya dipatahkan dalam suatu perlombaan.
Suatu hari, Kancil menertawakan siput yang kecil dan lambat. Siput itu kemudian menantang kancil untuk lomba lari.
"Kancil yang sombong, aku akan menunjukkan padamu bahwa kecepatan bukan segalanya!" kata Siput dengan tegas.
Setelah mendengar ucapan Kancil yang mencemoohnya kecil dan lambat, Siput menantangnya untuk lomba lari. Kancil tersenyum meremehkan Siput.
"Kau tidak mungkin bisa mengalahkanku, Siput lambat. Tapi mari kita lihat!" kata Kancil dengan sombong.
Sebelum hari perlombaan, Siput diam-diam berkumpul dengan teman-temannya. Mereka berdiskusi untuk membantu Siput menantang kesombongan sang Kancil.
Semua teman Siput terlihat sama persis antara satu dengan yang lainnya. Teman-teman siput ini akan bersembunyi di sepanjang jalur perlombaan dan keluar ketika mendengar langkah kaki Kancil.
Ketika hari perlombaan tiba, Kancil dan Siput bersiap di garis start.
"Aku akan mengalahkanmu, Siput!" ujar Kancil dengan nada mengejek.
"Tidak, Kancil. Kita akan melihat siapa yang tertawa terakhir," jawab Siput sambil tersenyum.
Saat di garis awal perlombaan, Kancil dengan sombongnya sudah berlari kencang meninggalkan Siput. Namun setiap kali Kancil merasa sudah meninggalkan Siput jauh di belakangnya, ternyata Siput justru ada di depan Kancil.
Kancil menambah kecepatan larinya. Namun di setiap tikungan dan setiap dia merasa unggul, tiba-tiba saja Siput muncul di depannya.
"Hah? Bagaimana mungkin?!" teriak Kancil dengan kaget.
Hal itu berulang terus menerus di sepanjang jalur lintasan balap lari, hingga ketika tiba di garis akhir. Kancil yang lelah semakin terkejut ketika melihat Siput ada di garis akhir lomba. Hal ini membuat Kancil kalah dalam perlombaan tersebut.
"Sombongmu membuatmu buta, Kancil. Kau telah meremehkan kekuatan kerja sama dan kebijaksanaan," jawab Siput dengan tenang saat melewati garis akhir.
Kancil merenung dan menyadari kesalahannya. Ia memahami pelajaran berharga bahwa kesombongan hanya akan membawa kekalahan. Sementara kerendahan hati serta kerja sama adalah kunci menuju keberhasilan yang sejati.
Pesan Moral cerita Kancil dan Siput:
- Kesombongan akan berujung pada kekalahan.
- Kita harus menghargai setiap individu.
- Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
- Kerja sama yang baik akan menghasilkan menghasilkan sebuah keberhasilan.
Kancil memang merupakan salah satu karakter dongeng yang cukup sering diceritakan, ada juga dongeng kancil lainnya yang cukup terkenal yaitu dongeng kancil dan buaya.
3. Kelinci yang Sombong dengan Kura-Kura
Di dalam hutan rimba, tinggallah seekor Kelinci yang amat sombong. Ia memandang rendah semua makhluk di sekelilingnya, Ia merasa dirinya paling gagah dan tercepat.
Suatu hari, si Kelinci bertemu dengan Kura-kura. Ia merasa bahwa Kura-kura adalah makhluk yang sangat lambat dan lemah. Kelinci mulai mengolok-olok Kura-kura dan mengatakan pasti dia bisa mengalahkan Kura-kura dalam perlombaan.
"Hei, Kura-kura lamban. Kau tidak akan pernah bisa menandingiku dalam lomba!" celetuk Si Kelinci dengan nada meremehkan.
Kura-kura merasa terluka dengan kata-kata sombong Kelinci.
"Apa kau yakin, Kelinci? Kita akan membuktikannya nanti," jawab Kura-kura dengan sabar.
Mendengar tantangan itu, Kelinci dengan cepat menerima. Ia yakin akan menang tanpa kesulitan. Perlombaan dimulai, Kelinci berlari dengan sangat cepat dan yakin akan menang. Sementara Kura-kura bergerak dengan lambat dan hati-hati.
Kelinci terus berlari dan melihat ke belakang untuk memastikan Kura-kura masih jauh di belakangnya. Kelinci memutuskan untuk beristirahat sejenak dan tidur di bawah pohon.
"Kura-kura, kau memang lambat! Aku akan beristirahat sejenak," ucap Kelinci sambil berbaring di bawah pohon dan tertidur.
Namun saat Kelinci terbangun, ia terkejut menyadari Kura-kura telah hampir sampai di garis akhir.
"Bagaimana mungkin?" serunya kaget.
Si Kelinci lantas berlari sekuat tenaga untuk mencoba menyalip Kura-kura. Namun terlambat sudah, Kura-kura yang sabar dan tekun telah berhasil mencapai garis finish terlebih dahulu.
Kelinci hanya bisa terengah-engah di belakang. Ia merasa sangat malu dan menyesal atas kesombongannya.
Semua hewan di hutan yang menyaksikan perlombaan itu pun tertawa melihat kelakuan Si Kelinci. Mereka mengagumi kesabaran dan ketekunan Kura-kura. Si Kelinci yang tadinya sombong, kini merasa kecil hati dan menyesal.
"Aku telah belajar pelajaran yang berharga hari ini," ucap Kelinci pada Kura-kura.
"Kesombongan tidak akan membawa kita kemana-mana. Ketekunan dan kesabaranlah yang akan membawa kita meraih kemenangan."
Kura-kura dengan bijaksana menjawab, "Memang benar, Kelinci. Jangan pernah meremehkan orang lain. Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing."
Sejak saat itu, Si Kelinci berubah menjadi makhluk yang lebih rendah hati dan tidak pernah lagi meremehkan makhluk lain. Ia belajar untuk menghargai usaha dan kerja keras, serta menyadari pentingnya kesabaran dan ketekunan.
Pesan Moral Kelinci yang Sombong dengan Kura-kura:
- Kesabaran membawa keberhasilan.
- Selalu rendah hati dan menghargai orang lain.
- Jangan meremehkan kemampuan orang lain.
- Kesombongan akan membawa petaka.
- Belajar dari kesalahan.
4. Dongeng Cinderella
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik dan berhati baik bernama Cinderella. Sejak ayahnya meninggal, ia tinggal bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya yang selalu memperlakukannya dengan buruk.
Setiap hari Cinderella harus membersihkan rumah, mencuci, memasak, dan melakukan seluruh pekerjaan rumah tanpa pernah mengeluh. Walau sering dihina dan direndahkan, Cinderella tetap bersikap baik dan tidak pernah membalas perlakuan mereka dengan kebencian.
Suatu hari, kerajaan mengumumkan bahwa akan diadakan pesta dansa besar-besaran untuk mencari calon istri bagi sang pangeran. Semua gadis diundang untuk hadir. Dua saudara tiri Cinderella sangat bersemangat mempersiapkan diri, mengenakan gaun indah, dan berharap menarik perhatian sang pangeran. Cinderella pun sangat ingin ikut, namun ibu tirinya melarang dan menertawakannya.
Saat malam pesta tiba dan semua orang pergi, Cinderella duduk sendiri dan menangis. Tiba-tiba, muncul seorang ibu peri yang baik hati. Ia menghibur Cinderella dan berkata bahwa ia pantas mendapatkan kebahagiaan.
Dengan tongkat sihirnya, ibu peri mengubah labu menjadi kereta kencana, tikus menjadi kuda, dan memberikan Cinderella gaun indah lengkap dengan sepasang sepatu kaca yang sangat cantik. Namun, ada satu syarat: Cinderella harus kembali sebelum tengah malam, karena saat itu sihir akan hilang.
Cinderella pun tiba di istana, dan semua mata terpana melihatnya. Tak satu pun menyadari bahwa gadis cantik itu adalah Cinderella.
Pangeran pun langsung mengajaknya berdansa. Mereka menghabiskan malam dengan menari dan berbincang mesra, hingga tiba-tiba lonceng tengah malam berdentang. Cinderella segera berlari keluar, tanpa sempat memberi tahu namanya. Dalam kepanikan, ia meninggalkan satu sepatu kacanya di tangga istana.
Pangeran yang jatuh cinta bertekad mencari gadis pemilik sepatu kaca itu. Ia mengunjungi setiap rumah dan meminta semua gadis mencoba sepatu tersebut. Ketika tiba di rumah Cinderella, ibu tirinya berbohong dan mengatakan hanya dua putrinya yang ada.
Namun sang pangeran bersikeras, hingga akhirnya Cinderella dipanggil keluar. Sepatu itu pun pas di kakinya. Cinderella juga mengeluarkan sepatu pasangannya sebagai bukti. Sang pangeran sangat bahagia dan langsung melamarnya.
Mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya.
Pesan Moral dari Dongeng Cinderella:
- Kesabaran Menghasilkan Kebaikan: Cinderella menghadapi banyak kesulitan dengan sabar. Ia tidak membalas perlakuan buruk dengan kebencian. Kesabarannya akhirnya membawanya pada kebahagiaan yang pantas dia dapatkan.
- Kebaikan Hati Tidak Pernah Sia-sia: Meskipun tidak dihargai oleh orang di sekitarnya, kebaikan Cinderella tetap terpancar dan akhirnya membuat orang lain menghargainya.
- Jangan Menilai dari Penampilan: Pangeran jatuh cinta bukan hanya karena kecantikan Cinderella, tetapi juga karena kepribadiannya. Cerita ini mengajarkan bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh penampilan luar.
- Percaya pada Harapan dan Impian: Cinderella tidak pernah menyerah meski terus mengalami kesulitan. Harapan dan mimpi membuatnya bertahan dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan.
- Kejujuran dan Ketulusan Akan Dihargai: Sikap jujur dan tulus selalu membawa kebaikan. Cinderella tidak memaksakan kehendak, ia bersikap jujur terhadap dirinya sendiri dan pada akhirnya mendapatkan pengakuan serta kebahagiaan sejati.
5. Dongeng Sebelum Tidur: Persahabatan Semut dan Belalang
Di tengah hutan yang indah dan subur, hiduplah sepasang teman tak terpisahkan. Mereka adalah Semut dan Belalang. Mereka berdua telah menjalin persahabatan erat selama bertahun-tahun. Mereka saling mendukung dan melindungi satu sama lain.
Pada suatu hari, ketika musim kemarau melanda, Belalang mengalami kekeringan tanpa makanan. Perut Belalang sudah kosong dan hatinya sangat cemas, Ia akhirnya meminta pertolongan pada sahabat setianya, si Semut.
"Semut, aku dalam kesulitan besar. Aku tidak bisa mencari makan di musim kemarau ini," ucap Belalang dengan nada khawatir.
Tanpa ragu, Semut langsung menjawab, "Jangan khawatir, Belalang. Aku akan membantumu. Bersamamu dalam suka dan duka adalah tugas seorang sahabat."
Semut yang dermawan itu membagi sumber makanannya kepada Belalang. Si semut juga memberikan saran cara bertahan hidup di masa krisis. Belalang terharu oleh kebaikan hati Semut dan berjanji untuk selalu bersama dalam suka dan duka.
Beberapa waktu kemudian, saat hujan turun deras, Semut terjebak dalam lubang yang dalam dan berbahaya. Semut berteriak meminta bantuan dan didengar oleh Belalang. Si Belalang tanpa ragu langsung meluncur untuk memberikan pertolongan.
"Dengan senang hati, Semut! Aku akan menyelamatkanmu!" seru Belalang sambil memanggil teman-temannya untuk bergabung dalam misi penyelamatan.
Mereka bekerja bersama dengan kompak dan penuh semangat. Mereka menggali dan menarik Semut keluar dari lubang yang gelap. Saat Semut akhirnya melihat sinar matahari lagi, ia tersenyum lebar. Semut mengucapkan terima kasih kepada Belalang dan teman-temannya.
"Pertolonganmu sungguh berarti bagiku, Belalang. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu," ucap Semut dengan tulus.
"Persahabatan sejati tak tergantikan oleh apapun, Semut. Bersama-sama kita mampu mengatasi segala rintangan," jawab Belalang sambil tersenyum bahagia.
Sejak saat itu, persahabatan mereka semakin kuat dan tak tergoyahkan. Mereka belajar bahwa kesetiaan, pertolongan, dan kerja sama adalah kunci dalam membangun hubungan yang baik dan langgeng.
Kisah persahabatan Semut dan Belalang mengajarkan tentang pentingnya memiliki teman yang setia dan selalu siap membantu dalam kesulitan. Persahabatan yang baik dan tulus adalah harta yang tak ternilai, yang perlu dijaga dan dirawat dengan penuh kasih sayang.
Pesan Moral Dongeng Sebelum Tidur Persahabatan Semut dan Belalang:
- Pentingnya kesetiaan dan selalu membantu dalam keadaan baik maupun buruk.
- Bersyukur dan menghargai bantuan.
- Pentingnya kerja sama dalam mengatasi masalah dan kesulitan.
Baca Juga : Rekomendasi Novel Persahabatan (Spesial Hari Buku Nasional)
6. Putri Salju (Snow White)
Pada suatu masa di sebuah kerajaan nan damai, lahirlah seorang putri yang luar biasa cantik. Kulitnya seputih salju, rambutnya hitam legam seperti malam, dan bibirnya merah merona. Karena keindahannya itu, sang bayi diberi nama Putri Salju. Seluruh kerajaan menyambut kelahirannya dengan sukacita.
Sang Raja dan Ratu begitu bahagia, namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ratu meninggal dunia, dan sang Raja kemudian menikah lagi dengan seorang wanita yang tak kalah cantik. Namun, di balik pesonanya, Ratu baru itu menyimpan hati yang gelap. Ia adalah penyihir yang haus akan pengakuan dan kecantikan.
Ratu memiliki sebuah cermin ajaib yang selalu ia tanyai, "Wahai cermin ajaib, siapakah wanita tercantik di negeri ini?" Selama bertahun-tahun, cermin selalu menjawab, "Engkaulah yang paling cantik, Ratuku." Namun, ketika Putri Salju tumbuh dewasa, jawaban sang cermin berubah, "Putri Salju adalah wanita tercantik di negeri ini." Ratu pun dipenuhi amarah dan iri hati. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa kecantikan Putri Salju telah melampaui dirinya.
Dipenuhi dendam, sang Ratu menyuruh seorang pemburu membawa Putri Salju ke hutan dan membunuhnya.
Namun, sang pemburu tak sanggup melakukannya karena melihat ketulusan dan kebaikan hati sang putri. Ia membiarkan Putri Salju pergi dan menyuruhnya melarikan diri sejauh mungkin. Putri Salju pun berlari ke dalam hutan, tersesat, lelah, dan ketakutan, hingga akhirnya ia menemukan sebuah rumah mungil.
Di rumah itu tinggal tujuh kurcaci yang baik hati. Mereka menyambut Putri Salju dan memperbolehkannya tinggal bersama mereka, asal ia bersedia menjaga rumah dan memasak untuk mereka. Putri Salju pun mulai hidup dengan tenang dan bahagia bersama ketujuh sahabat barunya itu.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Sang Ratu mengetahui bahwa Putri Salju masih hidup. Ia pun menyamar menjadi nenek tua dan datang membawa apel merah yang telah diracuni.
Dengan berpura-pura baik hati, nenek itu menawarkan apel kepada Putri Salju. Putri Salju sempat ragu, namun rasa iba dan kebaikan hatinya membuat ia menerima tawaran itu. Begitu menggigit apel tersebut, Putri Salju langsung terjatuh tak sadarkan diri.
Para kurcaci yang pulang dari bekerja menemukan sang putri tergeletak dan tak bisa dibangunkan. Dengan sedih, mereka menempatkan tubuh Putri Salju di sebuah peti kaca dan menjaganya setiap hari dengan penuh cinta dan harapan.
Hingga suatu hari, seorang pangeran yang sedang berburu melihat peti kaca itu dan terpesona oleh kecantikan Putri Salju. Ia merasa seolah sudah mengenalnya dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dengan lembut, ia mencium tangan sang putri, dan keajaiban pun terjadi. Putri Salju terbangun dari tidurnya. Racun sihir hilang, dan ia membuka matanya tepat ketika pangeran tersenyum di hadapannya.
Putri Salju dan pangeran pun menikah, dan kebahagiaan mereka menjadi cerita yang dikenang oleh seluruh negeri. Sang Ratu yang jahat, mengetahui Putri Salju masih hidup dan bahagia, tak mampu menerima kenyataan itu.
Dalam kemarahannya, ia menghancurkan cermin ajaib miliknya dan hidup dalam penyesalan hingga akhir hayatnya.
Pesan Moral dari Dongeng Putri Salju:
- Jangan Mudah Percaya pada Orang Asing: Kebaikan hati memang penting, namun tetaplah waspada terhadap orang asing, karena tidak semua yang terlihat baik bermaksud baik.
- Kesombongan dan Iri Hati Hanya Membawa Celaka: Ratu menjadi buta karena kesombongannya terhadap kecantikan dan iri kepada Putri Salju, yang akhirnya menghancurkan dirinya sendiri.
- Kebaikan dan Ketulusan Akan Selalu Dihargai: Kebaikan hati Putri Salju membuat banyak orang menolong dan mencintainya. Ini mengajarkan bahwa ketulusan tidak akan pernah sia-sia.
- Kecantikan Sejati Datang dari Dalam: Meski Putri Salju sangat cantik, yang membuatnya benar-benar dicintai adalah hatinya yang lembut, tulus, dan penuh kasih.
- Cinta dan Kebaikan Akan Selalu Mengalahkan Kejahatan: Pada akhirnya, sihir jahat sang Ratu kalah oleh cinta sejati. Kisah ini mengingatkan bahwa kejahatan tidak akan pernah menang selamanya.
7. Little Red Riding Hood (Gadis Berkerudung Merah)
Pada suatu pagi yang cerah di pinggiran hutan, seorang gadis kecil tengah bersuka cita. Hari itu adalah hari ulang tahunnya, dan ia bangun dengan penuh semangat. Sang ibu yang penuh kasih telah menyiapkan hadiah istimewa, sebuah kerudung merah yang cantik, warna kesukaan sang anak. Sejak hari itu, gadis kecil itu pun dikenal sebagai Gadis Berkerudung Merah.
Sore harinya, ibu meminta si gadis untuk mengantarkan sekeranjang kue ke rumah nenek yang sedang sakit di seberang hutan. “Berjalanlah lurus, jangan berhenti, dan yang paling penting, jangan berbicara dengan orang asing,” pesan ibunya. Gadis kecil itu mengangguk riang dan memulai perjalanannya.
Namun, saat berada di tengah hutan, ia bertemu seekor serigala licik yang menyamar sebagai hewan ramah. Tanpa sadar telah melanggar pesan ibunya, Gadis Berkerudung Merah menjawab pertanyaan serigala dan tanpa curiga mengungkapkan lokasi rumah neneknya. Serigala pun menyusun rencana jahat, mendahului si gadis ke rumah sang nenek.
Dengan cepat, serigala tiba lebih dulu, menyelinap masuk, dan mengurung nenek di dalam lemari. Ia lalu menyamar mengenakan baju nenek dan berbaring di tempat tidur, menunggu kedatangan si gadis.
Sementara itu, Gadis Berkerudung Merah masih asyik memetik bunga untuk ibunya, tanpa menyadari bahwa ia telah tersesat. Untungnya, ia bertemu dengan seorang penebang kayu yang menunjukkan arah ke rumah nenek.
Ketika akhirnya tiba, gadis itu merasa ada yang aneh. Suara nenek terdengar berat dan penampilannya berubah. Dengan ragu ia bertanya, “Nenek, kenapa matamu begitu besar?” Serigala yang menyamar menjawab dengan nada licik, “Agar aku bisa melihatmu lebih jelas, sayangku.”
Pertanyaan demi pertanyaan membuat kecurigaan gadis kecil itu semakin besar. Sampai akhirnya ia berkata, “Kenapa gigi nenek begitu besar?” Serigala pun bangkit dari tempat tidur dan menerkamnya sambil berteriak, “Agar aku bisa memakanku!”
Gadis Berkerudung Merah berteriak minta tolong. Teriakannya terdengar oleh penebang kayu yang segera datang dan menyelamatkannya. Ia melumpuhkan serigala dan membebaskan nenek dari dalam lemari. Mereka pun berpelukan lega, berterima kasih kepada sang penolong.
Sejak kejadian itu, Gadis Berkerudung Merah tak pernah lagi berbicara dengan orang asing, dan selalu menaati nasihat ibunya. Ia belajar pelajaran berharga tentang waspada, kepatuhan, dan pentingnya berhati-hati kepada siapa pun.
Pesan Moral dari Dongeng Gadis Berkerudung Merah:
- Jangan Pernah Berbicara dengan Orang Asing: Tidak semua yang terlihat ramah memiliki niat baik. Waspada terhadap orang asing sangat penting demi keselamatan diri.
- Taatilah Nasihat Orang Tua: Orang tua memberi nasihat karena mereka ingin melindungi. Mendengarkan mereka bisa menyelamatkan dari bahaya.
- Penampilan Bisa Menipu: Serigala menyamar sebagai nenek untuk memanipulasi. Cerita ini mengajarkan agar kita tidak menilai seseorang hanya dari apa yang terlihat di luar.
- Berani dan Cerdas di Saat Berbahaya: Gadis kecil itu tetap tenang dan berusaha mencari pertolongan. Keberaniannya membantu menyelamatkan dirinya dan nenek.
- Selalu Bersyukur pada Orang yang Menolong: Penebang kayu adalah simbol keberanian dan kebaikan. Menghargai orang yang menolong adalah bentuk rasa syukur dan empati.
Baca Juga : 10 Daftar Film Kartun Anak yang Mendidik & Seru
8. Dongeng Itik Buruk Rupa
Di sebuah danau, hiduplah seekor itik kecil yang berbeda dari saudara-saudaranya. Dari sejak kecil, itik itu terlihat berbeda. Bulunya kusam dan berantakan. Namun ibu itik tetap mencintainya dengan tulus, meskipun saudara-saudaranya sering mengolok-oloknya.
"Kenapa kau selalu terlihat aneh?" ejek saudara-saudaranya dengan tawa nakal.
Itik kecil itu hanya bisa menunduk. Ia erasa sedih dan tidak berdaya.
"Mungkin aku memang tidak pantas menjadi bagian dari keluarga ini," gumamnya dalam hati.
Namun itik kecil itu terus tumbuh, meskipun menghadapi ejekan dari saudara-saudaranya. Ia yakin bahwa suatu hari akan menemukan tempatnya dimana dirinya dihargai.
Bulan demi bulan berlalu, itik kecil itu mulai merasa semakin terasingkan. Namun ketika musim semi tiba, peristiwa yang luar biasa terjadi. Bulu-bulunya mulai berubah.
Perlahan-lahan, itik kecil itu berubah menjadi angsa yang cantik dan anggun. Saudara-saudaranya tercengang melihat perubahan itik kecil itu.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya mereka dengan kagum.
Itik kecil yang telah menjadi angsa cantik itu tersenyum. Ia tidak menyimpan rasa dendam dalam hatinya.
"Aku hanya menjadi diriku yang sebenarnya," jawabnya dengan lembut.
Di ujung danau, ibu itik menatap dengan bangga. Anaknya yang telah tumbuh menjadi angsa yang anggun.
"Kau selalu istimewa bagiku," bisiknya dengan penuh kasih.
Dongeng ini mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya menerima perbedaan dan menghargai keunikan setiap individu. Itik buruk rupa yang awalnya diolok-olok, akhirnya menemukan keindahan dirinya sendiri. Kecantikan sesungguhnya berasal dari hati dan setiap individu layak mendapatkan kasih sayang dan penghargaan.
Pesan Moral Itik Buruk Rupa:
- Mengajarkan anak-anak untuk tidak merendahkan atau membully orang lain berdasarkan penampilan atau perbedaan fisik. Perlakuan baik dan hormat seharusnya diberikan kepada semua individu.
- Menunjukkan pentingnya menerima perbedaan dan menghargai keunikan setiap individu. Itik buruk rupa, meskipun berbeda, tetap pantas mendapatkan kasih sayang dan perhatian
- Mengajarkan anak-anak untuk memiliki keberanian dan kesabaran menghadapi tantangan atau perlakuan tidak menyenangkan. Perjalanan itik buruk rupa menunjukkan bahwa perubahan positif bisa terjadi seiring waktu
- Menekankan peran penting kasih sayang dan dukungan dalam membantu seseorang merasa dihargai dan diterima. Sang ibu itik memberikan contoh perlakuan baik dan menyayangi itik buruk rupa sejak awal
9. Goldilocks dan Tiga Beruang
Di tengah hutan yang rimbun dan tenang, hiduplah tiga ekor beruang dalam sebuah rumah kecil nan nyaman. Mereka adalah Ayah Beruang yang besar dan kuat, Ibu Beruang yang bijak, dan Beruang Bayi yang ceria. Suatu pagi yang cerah, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan ke sungai sembari menunggu bubur sarapan mereka yang masih terlalu panas untuk dimakan.
Di sisi lain hutan, seorang gadis kecil bernama Goldilocks sedang berjalan-jalan sendirian. Ia senang menjelajah dan bermain di alam. Saat melangkah lebih dalam ke hutan, ia menemukan sebuah rumah kecil. Karena pintunya tidak terkunci, rasa ingin tahunya mendorongnya untuk masuk ke dalam tanpa izin.
Di dalam rumah, Goldilocks mencium aroma bubur yang harum. Ia melihat tiga mangkuk bubur di atas meja, besar, sedang, dan kecil. Ia mencicipi bubur dari mangkuk besar milik Ayah Beruang. "Terlalu panas," katanya.
Kemudian ia mencoba bubur dari mangkuk Ibu Beruang. "Terlalu dingin."
Akhirnya, ia mencicipi bubur dari mangkuk Beruang Bayi. "Ini pas!" ujarnya senang, dan ia menghabiskan seluruh bubur itu.
Setelah kenyang, Goldilocks melihat tiga kursi di dekat meja. Ia duduk di kursi Ayah Beruang. "Terlalu keras." Kursi Ibu Beruang terasa terlalu lembut baginya. Tapi saat ia duduk di kursi Beruang Bayi, ia berseru, "Ini pas!" Namun sayangnya, kursi kecil itu patah karena tak mampu menahan bobotnya.
Lelah setelah makan dan duduk, Goldilocks menaiki tangga ke lantai atas dan menemukan tiga tempat tidur. Tempat tidur Ayah Beruang terasa terlalu keras, tempat tidur Ibu Beruang terlalu lembut, namun tempat tidur Beruang Bayi terasa sempurna. Ia pun tertidur pulas di atasnya.
Tak lama kemudian, ketiga beruang kembali ke rumah. Mereka terkejut mendapati bubur mereka telah dicicipi, kursi mereka dipakai, dan tempat tidur mereka berantakan. Ketika mereka mendapati seorang gadis kecil tertidur di tempat tidur Beruang Bayi, mereka berdiri keheranan.
Goldilocks terbangun karena suara mereka dan sangat kaget melihat tiga beruang berdiri di hadapannya. Ia langsung berdiri dan meminta maaf, “Aku tidak seharusnya masuk ke rumah tanpa izin. Maafkan aku.”
Alih-alih marah, ketiga beruang justru menunjukkan sikap ramah. Ayah Beruang menasihatinya tentang pentingnya menghormati rumah dan barang milik orang lain. Ibu Beruang menawarkan bubur baru untuknya, dan Beruang Bayi menyambutnya dengan senyum. Mereka semua menyambut Goldilocks dengan hangat.
Setelah makan dan beristirahat, Goldilocks berterima kasih kepada keluarga beruang atas kebaikan dan pelajaran yang diberikan. Ia berjanji akan lebih berhati-hati dan menghargai privasi orang lain. Dengan hati yang hangat dan pelajaran yang berharga, ia melanjutkan petualangannya di hutan.
Sejak hari itu, Goldilocks tidak pernah lagi masuk ke rumah orang tanpa izin, dan ia selalu mengingat pengalaman berharganya di rumah tiga beruang yang baik hati.
Pesan Moral dari Dongeng Goldilocks and the Three Bears:
- Hargai Kepemilikan Orang Lain: Masuk ke rumah tanpa izin dan menggunakan barang orang lain tanpa sepengetahuan mereka adalah perbuatan yang tidak sopan dan bisa merugikan.
- Belajar Bertanggung Jawab atas Tindakan Sendiri: Goldilocks akhirnya menyadari kesalahannya dan berani meminta maaf. Ini menunjukkan pentingnya bertanggung jawab ketika berbuat salah.
- Kesopanan dan Kerendahan Hati Akan Mendapat Balasan Baik: Meskipun ia melakukan kesalahan, karena Goldilocks bersikap jujur dan tulus meminta maaf, ia dimaafkan dan bahkan diterima dengan baik.
- Pentingnya Izin dan Etika dalam Bertamu: Kisah ini mengajarkan anak-anak bahwa saat mengunjungi tempat baru, apalagi milik orang lain, selalu penting untuk meminta izin terlebih dahulu.
- Bersikap Ramah dan Pemaaf: Ketiga beruang menunjukkan bahwa bahkan ketika dirugikan, kita tetap bisa bersikap baik dan memberikan pengampunan.
10. Hansel dan Gretel
Di tepi hutan lebat, hiduplah dua kakak beradik bernama Hansel dan Gretel bersama ayah mereka dan seorang ibu tiri yang kejam. Sejak ibu kandung mereka meninggal, hidup mereka berubah muram. Ibu tiri itu tak hanya galak, tapi juga pelit dan tega. Makanan hanya diberikan sekali sehari, dan pekerjaan rumah tak pernah habis.
Ketika musim kemarau datang dan persediaan makanan menipis, sang ibu tiri menyusun rencana kejam, meninggalkan Hansel dan Gretel di hutan agar mulut mereka tak lagi perlu diberi makan.
Sang ayah menolak, tapi akhirnya menyerah karena terus didesak. Namun, Hansel yang mendengar rencana itu diam-diam mengumpulkan batu kerikil putih di malam hari dan menyimpannya dalam saku.
Pagi-pagi, mereka dibangunkan dan dibawa masuk ke hutan. Hansel sambil berjalan menjatuhkan batu-batu kecil sebagai penanda jalan. Saat malam tiba dan cahaya bulan menyinari jalan setapak, batu-batu itu berkilau, menuntun mereka pulang dengan selamat.
Namun, rencana kejam itu terulang. Kali ini pintu kamar mereka dikunci, dan Hansel tak bisa mengambil batu lagi. Sebagai gantinya, ia mencuil-cuil roti yang diberikan dan menjatuhkan remahnya sebagai penunjuk arah. Tapi sayang, burung-burung hutan memakan semua remah roti itu. Ketika malam datang, mereka tersesat.
Hari berganti hari, dan perut mereka mulai lapar. Sampai akhirnya mereka mencium aroma manis yang menguar dari balik pepohonan. Di hadapan mereka berdiri sebuah rumah yang seluruhnya terbuat dari kue, permen, dan cokelat. Dengan tergiur, mereka langsung menggigit dindingnya.
Namun, rumah itu ternyata milik penyihir jahat yang menyamar sebagai nenek tua. Ia menangkap Hansel dan mengurungnya dalam kandang.
Gretel dipaksa bekerja dan memasak makanan untuk “menggemukkan” sang kakak. Setiap hari, penyihir menyuruh Hansel mengulurkan jarinya, tapi Hansel yang cerdik menyodorkan tulang ayam dan karena si penyihir rabun, ia tertipu.
Akhirnya, penyihir kehilangan kesabaran dan memutuskan untuk memanggang Hansel. Ia menyuruh Gretel menyalakan oven. Tapi Gretel punya rencana. Ia berpura-pura tak tahu cara membuka pintu oven.
"Begini caranya, bodoh!" bentak penyihir sambil membungkuk ke dalam tungku.
Dan saat itulah, Gretel mendorongnya masuk! Ia menutup pintu tungku rapat-rapat. Penyihir menjerit, namun Gretel tidak goyah. Ia segera membebaskan Hansel.
Mereka menemukan peti berisi emas dan permata di rumah penyihir. Dengan hati-hati, mereka membawa harta itu dan mencoba mencari jalan pulang. Tapi perjalanan mereka terhalang sungai besar. Saat harapan hampir pupus, muncullah seekor angsa putih yang anggun. Satu per satu, angsa itu menyeberangkan mereka.
Tanpa mereka tahu, angsa itu adalah roh ibu mereka di surga yang menjaga mereka dari jauh. Setelah menyebrang, mereka bertemu sang ayah yang menangis haru melihat mereka kembali. Ibu tiri yang kejam telah meninggal dunia, dan kini hanya mereka bertiga yang tersisa.
Dengan harta yang cukup dan hati yang lapang, mereka hidup bahagia selamanya.
Pesan Moral Dongeng Hansel dan Gretel:
- Jangan Mudah Percaya pada Orang Asing: Hansel dan Gretel tertipu oleh penyihir yang menyamar menjadi nenek baik hati. Ini mengajarkan anak-anak untuk selalu berhati-hati terhadap orang yang tidak dikenal, karena niat buruk bisa tersembunyi di balik wajah ramah.
- Kecerdikan dan Keberanian Bisa Menyelamatkan: Hansel menggunakan kerikil dan tulang ayam untuk menyiasati situasi, sementara Gretel berani melawan penyihir jahat. Ini menunjukkan bahwa kecerdikan dan keberanian adalah bekal penting untuk keluar dari masalah.
- Kasih Sayang Saudara Itu Kuat dan Berarti: Hansel dan Gretel saling mendukung dan melindungi satu sama lain dalam keadaan sulit. Kisah ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan keluarga dan saling menyayangi.
- Pantang Menyerah Saat Hadapi Kesulitan: Walaupun ditinggalkan di hutan dan hampir menjadi korban penyihir, Hansel dan Gretel tidak menyerah. Mereka terus berjuang hingga akhirnya menemukan jalan pulang dan kebahagiaan.
- Kebaikan dan Ketulusan Akan Mendapat Balasan: Meskipun hidup dalam penderitaan, mereka tetap berdoa, saling menguatkan, dan tak pernah berniat jahat. Pada akhirnya, mereka mendapatkan keadilan dan hidup yang lebih baik.
11. Seekor Anjing dan Seekor Serigala
Seekor Serigala yang kelaparan bertemu dengan seekor Anjing yang cukup gemuk. Ketika mereka bertegur sapa, serigala bertanya, "kenapa kamu bisa begitu gemuk?Apa makanan apa yang kamu punya?"
“Apakah kamu punya banyak daging? Aku yang jauh lebih kuat ini justru kurus karena kelaparan,” ucap Serigala.
Anjing itu menjawab, "Kamu bisa menikmati kondisi sepertiku jika kamu dapat memberikan pelayanan kepada tuanmu."
"Siapa itu?" tanya Serigala.
“Kamu harus menjadi penjaga pintu rumah tuanmu. Kamu juga harus melindungi rumahnya dari pencuri di malam hari.”
“Aku sangat siap untuk menjadi pelayan sepertimu. Saat ini aku harus bertahan dengan susah payah di tengah salju dan hujan lebat. Aku menjalani kehidupan yang menyedihkan di hutan. Bagiku, sangat menyenangkan jika bisa tinggal di bawah atap, di tempat nyaman, dan banyak makanan,” kata si Serigala.
“Kalau begitu, ikutlah bersamaku,” ajak si Anjing.
Saat mereka berjalan, Serigala mengamati leher Anjing yang diikat dengan rantai. Serigala yang penasaran kemudian bertanya, "Kenapa rantai itu melilit lehermu wahai temanku?"
"Oh, ini sebenarnya tidak apa-apa. Karena aku tampak garang, mereka mengikatku di siang hari agar aku diam. Saat malam, aku tidak memakai rantai untuk siap berjaga-jaga dan mengembara ke mana pun. Tuanku memberiku tulang. Para pelayan memberiku potongan daging. Aku mendapat makanan lezat apapun yang ditinggalkan setiap orang. Jadi tanpa perlu bersusah payah, perutku akan selalu merasa kenyang."
"Jika kamu ingin pergi kemanapun, apakah kamu bebas?" tanya serigala.
“Tentu saja tidak,” jawab Anjing.
“Kalau begitu, nikmatilah apa yang kamu rasa menyenangkan. Aku tidak bisa hidup sepertimu. Aku tidak akan menjadi raja jika kehilangan kebebasanku.”
Pesan Moral Seekor Anjing dan Seekor Serigala:
- Mengajarkan bahwa kebebasan memiliki nilai yang tinggi. Meskipun anjing menikmati kenyamanan dan makanan yang disediakan oleh tuannya, dia kehilangan kebebasannya karena terikat oleh rantai. Serigala, meskipun harus mencari makanan sendiri, memilih untuk mempertahankan kebebasannya di hutan.
- Menunjukkan pentingnya hati-hati dalam membuat kompromi. Meskipun anjing memiliki kenyamanan dan makanan yang cukup, dia kehilangan kebebasannya. Serigala, sebaliknya, memilih kebebasan meskipun harus menghadapi kesulitan dalam mencari makanan.
- Mengajarkan untuk menilai kehidupan berdasarkan nilai pribadi dan prioritas masing-masing individu. Bagi serigala, kebebasan lebih berharga daripada kenyamanan dan makanan yang diberikan oleh manusia.
- Menekankan pentingnya menghargai dan memelihara kebebasan. Meskipun kenyamanan dan keamanan dapat diberikan oleh orang lain, kehilangan kebebasan bisa menjadi harga yang terlalu mahal untuk dibayar.
12. Jack dan Pohon Kacang Ajaib
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Jack bersama ibunya. Hidup mereka sangat sederhana, bahkan bisa dibilang miskin. Satu-satunya harta yang mereka miliki hanyalah seekor sapi tua yang sudah hampir tak bisa menghasilkan susu lagi. Ketika keadaan semakin sulit, sang ibu pun memutuskan untuk menjual sapi itu agar bisa membeli bahan makanan.
“Kalau begitu, biar aku yang bawa ke pasar ya, Bu,” kata Jack penuh semangat.
Namun dalam perjalanan ke pasar, Jack bertemu seorang kakek misterius yang menawarkan sesuatu yang tak biasa. “Anak muda,” ucap kakek itu, “maukah kau menukar sapi ini dengan kacang ajaib?”
Jack awalnya menolak, namun setelah si kakek meyakinkannya bahwa kacang itu bisa tumbuh setinggi langit dalam semalam, Jack tergoda. Ia pun menukar sapinya dengan segenggam kacang kecil yang tampak tak berharga.
Ketika pulang dan menunjukkan apa yang ia dapatkan, sang ibu sangat marah. “Apa? Kau tukar satu-satunya sapi kita dengan biji kacang?” bentaknya. Ia lalu melempar kacang itu keluar jendela dengan geram.
Namun keajaiban terjadi. Esok harinya, di halaman rumah mereka, tumbuh sebuah pohon kacang raksasa yang menjulang ke langit. Dengan rasa penasaran, Jack memanjat pohon itu dan terus naik hingga menembus awan. Di atas sana, berdiri sebuah istana raksasa.
Dengan hati-hati, Jack mendekati istana dan mengetuk pintunya. Seorang perempuan bertubuh besar membukakan pintu dan menatap Jack dengan penuh rasa ingin tahu. “Aku lapar… bolehkah aku minta sedikit makanan?” pinta Jack sopan.
Perempuan itu tersenyum, “Kau anak yang sopan. Tapi cepat makan sebelum suamiku pulang. Ia bisa memakanmu hidup-hidup!”
Benar saja, tak lama kemudian suara langkah kaki raksasa terdengar menggetarkan lantai istana. Jack segera bersembunyi. Sang raksasa pulang, makan dengan lahap, dan tertidur di kursinya. Sebelum tidur, ia mengeluarkan kantong emas yang dicurinya dari manusia.
Jack yang melihat semua itu segera mengambil satu kantong emas dan kabur menuruni pohon kacang. Ia pulang dengan wajah berseri dan menunjukkan emas itu pada ibunya.
Beberapa bulan kemudian, uang mereka habis. Jack pun kembali memanjat pohon ajaib itu dan mengulangi petualangannya. Kali ini, ia melihat sang raksasa memiliki ayam ajaib yang bertelur emas. Ketika raksasa tertidur, Jack mengambil ayam itu dan kembali pulang.
Namun keserakahan mulai tumbuh dalam diri Jack. Kali ketiga, ia naik lagi, kali ini tanpa meminta izin. Ia menyelinap lewat jendela dan bersembunyi di dalam panci besar. Raksasa pulang membawa harpa emas ajaib yang bisa memainkan lagu sendiri. Saat sang raksasa tertidur, Jack mencuri harpa itu. Namun, harpa tersebut berteriak minta tolong, membangunkan raksasa.
Dengan panik, Jack berlari menuruni pohon kacang sambil membawa harpa. Raksasa mengejarnya dengan murka. Setibanya di bawah, Jack berteriak, “Ibu, cepat ambilkan kapak!”
Dengan bantuan ibunya, Jack menebang pohon kacang itu. Pohon itu pun roboh, dan sang raksasa terjatuh dan hilang selamanya. Meski selamat, Jack sadar bahwa tindakannya dipenuhi keserakahan dan membahayakan nyawa banyak pihak.
Akhirnya, ia berjanji untuk bekerja keras dan tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya lagi. Ia dan ibunya hidup sederhana, tapi bahagia, ditemani harpa emas yang kini hanya memainkan lagu damai, bukan lagu petualangan berbahaya.
Pesan Moral dari Dongeng Jack dan Pohon Kacang Ajaib:
- Jangan Mudah Percaya pada Janji yang Terlalu Indah: Jack menukar sapinya dengan kacang ajaib hanya karena ucapan seseorang yang belum ia kenal. Hal ini mengajarkan pentingnya berpikir jernih dan tidak mudah tergiur janji tanpa bukti.
- Kesopanan Akan Membuka Banyak Pintu: Jack yang bersikap sopan kepada istri raksasa mendapatkan makanan dan perlindungan. Sikap baik bisa membawa kebaikan, bahkan dari orang yang tak kita kenal.
- Keserakahan Bisa Menghancurkan Segalanya: Awalnya, Jack hanya mengambil satu kantong emas, namun rasa ingin memiliki lebih mendorongnya mencuri ayam emas dan harpa. Keserakahannya nyaris membuat ia dan ibunya celaka.
- Berani Mengakui Kesalahan adalah Awal Perubahan: Setelah insiden terakhir, Jack menyadari bahwa tindakannya salah dan berani mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ini mengajarkan bahwa setiap orang bisa memperbaiki diri jika mau belajar dari kesalahan.
- Kebahagiaan Tak Selalu Datang dari Kekayaan: Meski akhirnya memiliki harta, Jack dan ibunya memilih hidup sederhana dan jujur. Pesan ini penting untuk mengingatkan bahwa hidup damai dan penuh syukur jauh lebih berharga dari kekayaan yang didapat dengan cara curang.
13. Dongeng Sebelum Tidur: Kisah Putri Angsa
Di sebuah kerajaan yang damai, hiduplah seorang putri cantik bernama Odette. Ia dikenal di seluruh negeri karena keanggunan, berhati baik, dan kecintaannya pada danau. Odette sering menghabiskan hari-harinya di tepi air yang berkilauan untuk melihat angsa-angsa berenang dengan anggun.
Namun masalah sedang terjadi di kerajaan. Penyihir jahat bernama Rothbart ingin merebut tahta kerajaan. Suatu hari saat Odette berada di tepi danau, Rothbart mengucapkan mantra kuat.
Rothbart mengubah Odette mengubahnya menjadi angsa cantik di siang hari. Angsa itu kembali menjadi putri di malam hari. Sihir jahat itu juga mencuri suara Odette.
Setiap matahari terbenam, Odette akan kembali ke wujud manusia. Ia ingin sekali mematahkan kutukan itu. Tetapi ia tidak bisa berbicara untuk memberitahu siapapun tentang penderitaannya. Ia terjebak dalam dunia bisu. Hanya dengan bulan dan bintang ia bisa berbagi rahasianya.
Suatu malam, Odette berjalan di tepi danau yang diterangi cahaya bulan. Ia mendengar suara yang merdu. Suara itu berasal dari Pangeran Derek yang datang ke danau karena tertarik oleh keindahannya yang mempesona. Saat mereka menari bersama di bawah cahaya bulan, mereka merasakan ikatan yang kuat.
Pangeran Derek mengetahui tentang kutukan itu dan bersumpah untuk menghilangkannya. Setelah pertemuan itu, ia dan Odette menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Rasa cinta mereka semakin kuat setiap harinya. Namun Rothbart penyihir jahat tidak menyerah begitu saja.
Rothbart mengubah putranya, seorang pemuda tampan tapi jahat bernama Siegfried. Putranya itu diubah agar terlihat seperti Odette untuk menipu Pangeran Derek. Namun cinta sejati tidak bisa dibohongi. Derek mengenali tipu muslihat itu dan menyatakan cintanya pada Odette yang asli.
Di hadapan seluruh kerajaan, kekuatan cinta mereka begitu kuat sehingga bisa menghancurkan mantra jahat Rothbart. Dengan ledakan cahaya magis, Odette dibebaskan dari wujud angsanya dan Rothbart dikalahkan. Kekuatan gelapnya tidak bisa menandingi kekuatan cinta sejati.
Odette dan Derek akhirnya menikah dalam upacara yang megah dan penuh sukacita. Kisah cinta mereka pun diceritakan turun-temurun. Kerajaan menjadi berkembang pesat di bawah pemerintahan mereka. Danau yang dulu dikutuk, sekarang berkilau dengan keindahan yang lebih menakjubkan.
Pesan Moral Dongeng Sebelum Tidur Putri Angsa:
- Kekuatan Cinta Sejati: Kisah Putri Angsa menunjukkan kekuatan cinta sejati yang dapat mengatasi rintangan apa pun, bahkan kutukan jahat sekalipun.
- Keberanian untuk Bermimpi: Odette, meskipun terjebak dalam kutukan, tidak pernah kehilangan harapan. Dia terus bermimpi tentang cinta dan kebahagiaan, yang pada akhirnya terwujud.
14. Kisah Koloni Tikus dengan Kawanan Gajah
Dahulu Kala, ada sebuah desa tua yang terbengkalai. Rumah-rumah, jalanan, dan toko-toko di desa itu semuanya kosong. Jendela-jendela sudah lama pecah dan tangganya ambruk. Selama ratusan tahun, para tikus menjadikan tumpukan puing-puing yang terbengkalai ini sebagai rumah mereka.
Gerombolan tikus membangun jaringan terowongan yang panjang dan membentuk labirin yang rumit. Mereka bersenang-senang dan berlarian kesana-kemari. Mereka mengadakan pesta makan malam, pernikahan, dan perayaan.
Suatu hari, kawanan gajah yang berjumlah ribuan melintasi desa itu. Para gajah berjalan untuk menuju danau besar di sebelah barat. Selama perjalanan, mereka hanya memikirkan betapa nikmatnya saat menceburkan diri ke danau.
Para gajah ini tidak tahu bahwa kakinya yang besar telah menginjak-injak jaringan terowongan dan labirin milik tikus. Terowongan dan labirin yang dibangun dengan susah payah itu pun hancur berantakan. Para tikus segera mengadakan pertemuan.
"Kalau kawanan gajah itu kembali lewat sini lagi, kita akan hancur!" teriak seekor tikus.
"Kita juga tidak akan bisa melawan binatang besar itu," teriak yang lain.
Hanya ada satu hal yang bisa dilakukan. Sekelompok tikus pemberani mengikuti jejak kaki gajah sampai ke danau. Di sana mereka menemui Raja Gajah. Tikus membungkuk di hadapan Raja.
Seekor tikus berbicara mewakili yang lain dan berkata, "Oh Raja, tidak jauh dari sini terdapat koloni tikus kami. Kami tinggal di desa tua terbengkalai yang Anda lewati tadi. Apakah Anda ingat?"
"Tentu saja saya ingat. Kami gajah, tidak pernah lupa. Tapi kami tidak tahu ada koloni tikus di sana,” jawab gajah.
"Anda tidak tahu ini, kawanan Anda telah menghancurkan banyak rumah yang kami tinggali selama ratusan tahun. Jika Anda pulang lewat jalan yang sama, itu pasti akan menghancurkan tempat tinggal kami. Kami kecil dan Anda besar. Tidak bisakah Anda mencari jalan lain untuk pulang? Siapa tahu, suatu saat nanti kami tikus bisa membantu Anda juga," kata tikus kepada raja gajah.
Raja Gajah tersenyum. Bayangkan, bagaimana tikus kecil bisa membantu seekor gajah? Tapi Ia merasa kasihan dengan kawanannya yang telah menghancurkan desa tikus, meskipun tanpa menyadarinya.
Raja gajah berkata, "Tidak perlu khawatir. Saya akan memimpin kawanan pulang lewat jalan lain."
Kebetulan sekali, di dekat situ tinggal seorang Raja yang memerintahkan para pemburu untuk menangkap gajah sebanyak mungkin. Mengetahui bahwa para gajah datang dari jauh untuk ke di danau, para pemburu membuat jebakan di dalam air. Begitu Raja Gajah dan kawanannya melompat ke danau itu, mereka semua terperangkap.
Dua hari kemudian para pemburu menyeret Raja Gajah dan kawanannya keluar dari danau dengan tali besar. Mereka mengikat gajah-gajah itu ke pohon-pohon besar di hutan. Setelah para pemburu pergi, semua gajah menatap Raja mereka. Raja Gajah berusaha keras untuk berpikir, apa yang bisa mereka lakukan?
Semua gajah diikat ke pohon kecuali seekor gajah betina. Ia bisa bebas sendiri karena tidak ikut melompat ke danau. Raja Gajah memanggilnya. Raja menyuruhnya kembali ke desa tua yang terbengkalai dan bercerita kepada tikus-tikus yang tinggal di sana.
Ketika para tikus mengetahui masalah yang dihadapi Raja Gajah dan kawanannya, mereka berlari cepat ke danau. Melihat Raja dan kawanannya terikat, mereka segera berlari ke tali-tali pengikat. Mereka mulai menggigitinya tali itu dengan cepat dan sekuat tenaga.
Tak lama kemudian, tali-tali itu tergigit putus. Para tikus membebaskan teman-teman mereka yang besar itu. Kawanan gajah menemukan jalan baru pulang dan komunitas tikus hidup bahagia selama bertahun-tahun yang akan datang.
Pesan Moral Cerita Koloni Tikus dan Kawanan Gajah:
- Pentingnya saling membantu: Tikus dan gajah saling membantu untuk keluar dari masalah mereka. Tikus membantu gajah yang terjebak, dan gajah membantu tikus yang rumahnya dihancurkan.
- Jangan meremehkan orang lain: Gajah pada awalnya meremehkan tikus, tetapi mereka akhirnya belajar bahwa tikus bisa membantu mereka.
15. The Little Mermaid
Di dasar samudra yang luas dan jernih, berdirilah sebuah istana megah milik Raja Triton, penguasa lautan. Ia memiliki enam putri yang cantik-cantik, namun yang paling muda bernama Ariel, memiliki rasa ingin tahu yang berbeda dari kakak-kakaknya.
Ariel tidak hanya cantik dengan rambut merah yang memesona dan suara merdu yang memikat siapa pun yang mendengarnya, ia juga sangat penasaran pada dunia manusia, tempat di mana langit biru membentang dan burung-burung terbang bebas.
Meskipun telah berkali-kali diperingatkan oleh sang ayah agar tidak berenang ke permukaan, Ariel tetap nekat. Diam-diam, ia sering menyelinap ke atas laut bersama sahabatnya, si ikan lucu bernama Flounder, dan mengobrol dengan Scuttle, seekor burung camar yang tahu banyak hal tentang manusia.
Suatu hari, Ariel menyaksikan sebuah kapal kerajaan melintas. Di sana, ia melihat Pangeran Erik, pemuda tampan yang membuat hatinya berdebar. Namun, badai tiba-tiba datang dan menghantam kapal itu.
Erik terlempar ke laut, dan tanpa ragu, Ariel menyelamatkannya. Ia membawanya ke pantai dan menyanyikan lagu cinta yang lembut di telinga sang pangeran, sebelum buru-buru berenang pergi saat pelayan kerajaan datang mencarinya.
Erik hanya sempat mengingat suara indah itu, tanpa sempat melihat wajah Ariel dengan jelas. Sejak hari itu, ia bertekad mencari gadis bersuara me